لَيْسَ
بِأَمانِيِّكُمْ وَلا أَمانِيِّ أَهْلِ الْكِتابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءاً يُجْزَ بِهِ
وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيراً (123) وَمَنْ يَعْمَلْ
مِنَ الصَّالِحاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولئِكَ يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيراً (124) وَمَنْ أَحْسَنُ دِيناً مِمَّنْ
أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْراهِيمَ
حَنِيفاً وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْراهِيمَ خَلِيلاً (125) وَلِلَّهِ مَا فِي
السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ وَكانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطاً
(126)
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut
angan-angan kalian yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab.
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya
selain dari Allah. Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik ia
laki-laki maupun wanita, sedangkan ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk
ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun. Dan siapakah yang
lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedangkan dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. Kepunyaan Allah-lah
apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha
Meliputi segala sesuatu.Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa kaum muslim dan orang-orang Ahli Kitab saling membanggakan dirinya. Maka berkatalah orang-orang Ahli Kitab, "Nabi kami sebelum nabi kalian, dan kitab kami sebelum kitab kalian, maka kami lebih berhak terhadap Allah daripada kalian." Orang-orang muslim mengatakan, "Kami lebih utama terhadap Allah daripada kalian, nabi kami adalah pemungkas para nabi, dan kitab kami berkuasa memutuskan atas semua kitab yang ada sebelumnya." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: (Pahala dari sisi Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123) sampai dengan firman-Nya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia pun mengerjakan kebaikan. (An-Nisa: 125), hingga akhir ayat. Kemudian Allah memenangkan hujah (alasan) kaum muslim atas orang-orang yang menentang mereka dari kalangan agama lain.
Hal yang sama diriwayatkan dari As-Saddi, Masruq, Ad-Dahhak, Abu Saleh, dan yang lain-lainnya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa para pemeluk berbagai agama bersitegang. Maka orang-orang yang berpegang kepada kitab Taurat mengatakan, "Kitab kami adalah sebaik-baik kitab, dan nabi kami adalah sebaik-baik nabi." Pemegang kitab Injil mengatakan hal yang semisal. Maka orang-orang Islam mengatakan, "Tiada agama (yang diterima di sisi Allah) selain Islam, dan kitab kami me-mansukh semua kitab, serta nabi kami adalah nabi penutup. Kami diperintahkan agar iman kepada kitab kalian serta mengamalkan kitab kami sendiri." Maka Allah Swt. memutuskan di antara mereka melalui firman-Nya: (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong, dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123), hingga akhir ayat. Dia memilih di antara semua agama dengan melalui firman-Nya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia pun mengerjakan kebaikan. (An-Nisa: 125) sampai dengan firman-Nya: Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kekasih-Nya. (An-Nisa: 125)
Mujahid mengatakan bahwa orang-orang Arab mengatakan, "Kami tidak akan dibangkitkan dan kami tidak akan diazab, sedangkan orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya: 'Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani' (Al-Baqarah: 111). Mereka mengatakan pula seperti yang disitir oleh firman-Nya: 'Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali selama beberapa hari saja' (Al-Baqarah: 80)."
Makna yang dimaksud dari ayat surat An-Nisa ini ialah bahwa agama itu bukanlah hanya sebagai hiasan, bukan pula merupakan angan-angan yang kosong, tetapi agama yang sesungguhnya ialah agama yang meresap ke dalam hati dan dibenarkan melalui amal perbuatan. Tidak semua orang yang mengakui atas sesuatu dapat meraihnya hanya dengan sekadar mengakuinya. Tidaklah semua orang yang mengatakan bahwa dirinya berada dalam kebenaran, lalu ucapannya itu didengar hanya dengan pengakuannya saja, sebelum dia mendapat bukti dari Allah yang menyatakan atas kebenarannya. Karena itulah dalam firman-Nya disebutkan:
{لَيْسَ
بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ
مَنْ
يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ}
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong,
dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa:
123)Dengan kata lain keselamatan itu bukanlah milik kalian, bukan pula milik mereka (Ahli Kitab) hanya dengan sekadar pengakuan, melainkan pertimbangan dalam hal ini adalah dengan taat kepada Allah Swt. dan mengikuti syariat-Nya, yang disampaikan melalui lisan para rasul yang mulia. Untuk itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123)
Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
{فَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُ}
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Az-Zalzalah: 7-8)Telah diriwayatkan bahwa ketika ayat ini diturunkan, hal ini terasa berat di kalangan kebanyakan sahabat.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْر، حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي زُهَيْرٍ قَالَ: أخْبرْتُ أَنَّ أَبَا
بَكْرٍ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ الصَّلَاحُ بَعْدَ هذه الآية: {لَيْسَ
بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ
بِهِ} فَكُل سُوءٍ عَمِلْنَاهُ جُزِينَا بِهِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "غَفَر اللَّهُ لكَ يَا أَبَا بَكْرٍ، ألستَ تَمْرضُ؟ ألستَ
تَنْصَب؟ أَلَسْتَ تَحْزَن؟ أَلَسْتَ تُصيبك اللَّأْوَاءُ ؟ " قَالَ: بَلَى. قَالَ:
"فهو ما تُجْزَوْنَ به".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Numair,
telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Abu Bakar ibnu Abu Zuhair yang
menceritakan, "Aku mendapat berita bahwa Abu Bakar r.a. pernah bertanya, 'Wahai
Rasulullah, bagaimanakah keberuntungan itu sesudah ayat ini,' yaitu: (Pahala
dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong, dan tidak
(pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa:
123) Sedangkan semua perbuatan buruk (jahat) yang kami lakukan, maka kami
mendapat balasannya?" Maka Nabi Saw. bersabda: "Hai Abu Bakar, semoga Allah
memberikan ampunan kepadamu, bukankah kamu pernah sakit, bukankah kamu pernah
mengalami kepayahan, bukankah kamu pernah mengalami kesedihan, bukankah kamu
pernah tertimpa musibah?” Abu Bakar menjawab, "Memang benar.” Nabi Saw.
bersabda, "Itu termasuk balasan yang ditimpakan kepadamu."Sa'id ibnu Mansur meriwayatkannya dari Khalaf ibnu Khalifah, dari Ismail ibnu Abu Khalid dengan lafaz yang sama.
Imam Hakim meriwayatkannya melalui jalur Sufyan As-Sauri, dari Ismail dengan lafaz yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ زِيَادٍ
الْجَصَّاصِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:
سَمِعْتُ أَبَا بَكْرٍ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وسلم: "من يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ فِي الدُّنْيَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Ata,
dari Ziyad Al-Jassas, dari Ali ibnu Zaid, dari Mujahid, dari Ibnu Umar yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Abu Bakar menceritakan hadis
berikut, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Barang siapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu di dunia.Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hisyam ibnu Juhaimah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Talib, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Ata, telah menceritakan kepada kami Ziyad Al-Jassas, dari Ali ibnu Zaid, dari Mujahid yang menceritakan bahwa Abdullah ibnu Umar pernah berkata, "Lihatlah tempat Abdullah ibnuz Zubair disalib itu, jangan sekali-kali kalian lewat padanya." Lalu Abdullah ibnu Umar memandang kepada Ibnuz Zubair (yang telah disalib itu) dan berkata, "Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu," sebanyak tiga kali. Lalu mengatakan, "Demi Allah, tidak ada yang ku ketahui mengenai dirimu kecuali engkau adalah orang yang banyak puasa, banyak salat, dan gemar bersilaturahmi. Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku berharap dalam musibah yang menimpa dirimu sekarang ini, semoga Allah tidak mengazabmu sesudahnya." Mujahid melanjutkan kisahnya, "Lalu Abdullah ibnu Umar berpaling ke arahku dan mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Bakar As-Siddiq menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: 'Barang siapa yang mengerjakan keburukan di dunia, niscaya akan diberi pembalasan dengan keburukan itu'."
Abu Bakar Al-Bazzar meriwayatkannya di dalam kitab musnad melalui Al-Fadl ibnu Sahl, dari Abdul Wahhab ibnu Ata secara ringkas.
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam Musnad Ibnuz Zubair, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Mustamir Al-Aaiqi, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sulaim ibnu Hayyan, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakekku (yaitu Hayyan ibnu Bustam), bahwa Bustam pernah menceritakan bahwa ketika ia sedang bersama Ibnu Umar, maka ia melewati Abdullah ibnuz-Zubair yang sedang dalam keadaan disalib. Maka Ibnu Umar mengatakan, "Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepadamu, wahai Abu Khubaib. Aku telah mendengar ayahmu —yakni Az-Zubair— menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: 'Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu di dunia dan di akhirat'."
Kemudian ia (Al-Bazzar) mengatakan, "Kami tidak mengetahui dia meriwayatkan dari Az-Zubair kecuali dari segi ini."
قَالَ
أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ كَامِلٍ، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ سَعْدٍ الْعَوْفِيُّ، حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا
مُوسَى بْنُ عبيدة، حدثني مولى بن سِبَاع قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يُحَدِّثُ،
عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصَّدِّيقِ قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا} فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا بَكْرٍ، هَلْ أُقْرِئُكَ
آيَةً نَزَلَتْ عَلَيَّ؟ " قَالَ: قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ.
فَأَقْرَأَنِيهَا فَلَا أَعْلَمُ إِلَّا أَنِّي وَجَدْتُ انقصَامًا فِي ظَهْرِي
حَتَّى تَمَطَّأْتُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مالك يَا أَبَا بَكْرٍ؟ " قُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ،
وَأَيُّنَا لَمْ يَعْمَلِ السُّوءَ، وَإِنَّا لمجْزيُّون بِكُلِّ سُوءٍ
عَمِلْنَاهُ؟! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا
أَنْتَ وَأَصْحَابُكَ يَا أَبَا بَكْرٍ الْمُؤْمِنُونَ فَتُجْزَوْنَ بِذَلِكَ
في الدُّنْيَا
حَتَّى تَلْقَوُا اللَّهَ، وَلَيْسَ لَكُمْ ذُنُوبٌ، وَأَمَّا الْآخَرُونَ
فَيُجْمَعُ لَهُمْ ذَلِكَ حَتَّى يُجْزَوْا بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ".
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnu Kamil, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'd Al-Aufi, telah
menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Musa
ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepadaku Maula ibnus Siba' yang menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar menceritakan hadis berikut dari Abu Bakar
As-Siddiq; ketika ia sedang bersama Nabi Saw., maka turunlah firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan
dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelin-dung dan tidak (pula) penolong
baginya selain dari Allah. (An-Nisa: 123) Rasulullah Saw. bersabda, "Hai
Abu Bakar, maukah aku bacakan kepadamu suatu ayat yang baru saja diturunkan
kepadaku?" Abu Bakar menjawab, "Tentu saja aku mau, wahai Rasulullah."
"Rasulullah Saw. membacakan ayat tersebut kepadaku, dan tanpa kusadari
punggungku terasa amat pegal, hingga aku menggeliat meluruskannya." Lalu
Rasulullah Saw. bertanya, "Mengapa engkau ini, hai Abu Bakar?" Aku (Abu
Bakar) menjawab, "Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah,
siapakah di antara kita yang tidak pernah mengerjakan kejahatan (dosa)? Dan
sesungguhnya kita benar-benar akan diberi balasan atas tiap-tiap kejahatan yang
kita lakukan." Rasulullah Saw. bersabda: Adapun kamu dan teman-temanmu yang
beriman, maka sesungguhnya kalian diberi pembalasan dengan hal tersebut di
dunia, hingga kalian menghadap kepada Allah kelak sedangkan kalian tidak
mempunyai dosa lagi. Adapun orang-orang lain, maka hal tersebut
dikumpulkan bagi mereka, hingga mereka menerima pembalasannya di hari kiamat
nanti.Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Yahya ibnu Musa dan Abdu ibnu Humaid, dari Rauh ibnu Ubadah dengan lafaz yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa Musa ibnu Ubaidah orangnya daif, sedangkan maula Ibnus Siba' orangnya tidak dikenal.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا الْغُلَامُ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ، حَدَّثَنَا
الْحَجَّاجُ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ:
لمَّا نَزَلَتْ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، جَاءَتْ قَاصِمَةُ
الظَّهْرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّمَا
هِيَ الْمَصَائِبُ فِي الدُّنْيَا"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Ghulam, telah
menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari
Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Ata ibnu Abu Rabah yang mengatakan
bahwa tatkala ayat ini diturunkan, Abu Bakar terserang penyakit reumatik pada
punggungnya. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya yang dimaksud dengan
pembalasan itu hanyalah berupa musibah-musibah di dunia.Jalur yang lain dari As-Siddiq.
قَالَ
ابْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِسْحَاقَ
الْعَسْكَرِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَامِرٍ السَّعْدِيُّ، حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ
مِهْرَانَ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ صُبَيح، عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ
[الصِّدِّيقُ] يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَشَدَّ هَذِهِ الْآيَةَ: {مَنْ يَعْمَلْ
سُوءًا يُجْزَ بِهِ} ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"الْمَصَائِبُ وَالْأَمْرَاضُ وَالْأَحْزَانُ فِي الدُّنْيَا
جَزَاءٌ"
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad
ibnu Ishaq Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amir
As-Sa'di, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yahya, telah menceritakan
kepada kami Fudail ibnu Iyad, dari Sulaiman ibnu Mihran, dari Muslim ibnu Sabih,
dari Masaiq yang menceritakan bahwa Abu Bakar As-Siddiq pernah mengadu kepada
Rasulullah Saw. tentang beratnya pengamalan ayat ini, yaitu firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan
dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123) Maka Rasulullah Saw. bersabda:
Berbagai macam musibah, sakit, dan kesusahan di dunia adalah
pembalasan.Jalur lain.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ وَأَحْمَدُ بْنُ
مَنْصُورٍ قَالَا حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُبَاب، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ
بْنُ الْحَسَنِ الْحَارِثِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زَيْدِ بْنِ قُنْفُذ عَنْ
عَائِشَةَ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا
يُجْزَ بِهِ} قَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كُلُّ مَا نَعْمَلُ
نُؤَاخَذُ بِهِ؟ فَقَالَ: "يَا أَبَا بَكْرٍ، أَلَيْسَ يُصِيبُكَ كَذَا وَكَذَا؟
فَهُوَ كَفَّارَةٌ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abu Ziyad
dan Ahmad ibnu Mansur; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid
ibnul Habbab, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnul Hasan
Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Zaid ibnu Munqiz, dari
Siti Aisyah, dari Abu Bakar yang menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan,
yaitu firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan
diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123); Maka Abu Bakar
berkata, "Wahai Rasulullah, apakah semua kebaikan yang kita lakukan akan diberi
pembalasannya?" Maka Nabi Saw. bersabda: Hai Abu Bakar, bukankah kamu pernah
terkena musibah anu dan anu, maka hal itu merupakan kifarat(nya).Hadis lain.
قَالَ
سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ: أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي
عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ بَكْرَ بْنَ سِوَادَةَ حَدَّثَهُ، أَنَّ يَزِيدَ
بْنَ أَبِي يَزِيدَ حَدَّثَهُ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ
رَجُلًا تَلَا هذه الآية: {مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ} فَقَالَ: إِنَّا
لنُجْزَى بِكُلِّ عَمَل ؟ هَلَكْنَا إذًا. فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "نَعَمْ، يُجْزَى بِهِ الْمُؤْمِنُ فِي
الدُّنْيَا، فِي نَفْسِهِ، فِي جَسَدِهِ، فِيمَا يُؤْذِيهِ"
Sa'id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris; Abu Bakar ibnu Sawwadah
pernah menceritakan kepadanya bahwa Yazid ibnu Abu Yazid pernah menceritakan
dari Ubaid ibnu Umair; dari Siti Aisyah, bahwa seorang lelaki pernah membaca
firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi
pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123) Lalu lelaki itu mengatakan,
"Sesungguhnya kita akan diberi pembalasan dengan pembalasan yang serupa dengan
tiap-tiap keburukan yang kita kerjakan. Kalau demikian, pasti binasalah kita."
Ketika perkataan tersebut sampai kepada Rasululalh Saw., maka beliau bersabda:
Memang, orang mukmin diberi pembalasan yang serupa di dunia pada dirinya,
juga pada tubuhnya yang menyakitkannya.Jalur yang lain.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ بَشِيرٍ،
حَدَّثَنَا هُشَيْم، عَنْ أَبِي عَامِرٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكة، عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي لَأَعْلَمُ أَشَدَّ آيَةٍ
فِي الْقُرْآنِ. فَقَالَ: "مَا هِيَ يَا عَائِشَةُ؟ " قُلْتُ: {مَنْ يَعْمَلْ
سُوءًا يُجْزَ بِهِ} فَقَالَ: "هُوَ مَا يُصِيبُ العبد المؤمن حتى النَّكْبَة
يَنْكُبها".
Imam Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Salamah ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami
Hasyim, dari Abu Amir, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah r.a. yang
menceritakan bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku benar-benar mengetahui ayat yang paling berat di dalam
Al-Qur'an." Rasulullah Saw. bertanya, "Wahai Aisyah, ayat apakah itu?" Siti
Aisyah membaca firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123) Maka Rasulullah
Saw. bersabda: Balasan tersebut adalah musibah yang menimpa diri hamba yang
mukmin, sehingga kecelakaan yang dialaminya.Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Hasyim dengan lafaz yang sama.
Imam Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Abu Amir Saleh ibnu Rustum Al-Kharraz dengan lafaz yang sama.
Jalur lain.
قَالَ
أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ
بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أُمَيَّةَ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ:
{مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ} فَقَالَتْ: مَا سَأَلَنِي عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ
أَحَدٌ مُنْذُ سَأَلْتُ عَنْهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فقال: "يَا
عَائِشَةُ، هَذِهِ مُبَايَعَةُ اللَّهِ لِلْعَبْدِ، مِمَّا يُصِيبُهُ مِنَ
الْحُمَّى والنَّكْبَة وَالشَّوْكَةِ، حَتَّى الْبِضَاعَةُ فيضعها فِي كُمِّه
فَيَفْزَعُ لَهَا، فَيَجِدُهَا فِي جَيْبِهِ، حَتَّى إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِيَخْرُجُ
مِنْ ذُنُوبِهِ كَمَا يَخْرُجُ التِّبْرُ الْأَحْمَرُ مِنَ الكِير"
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu
Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari anak perempuannya, bahwa ia pernah bertanya
kepada Siti Aisyah r.a. mengenai firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa:
123) Siti Aisyah r.a. menjawab bahwa tidak pernah ada seorang pun yang bertanya
kepadanya mengenai ayat ini semenjak ia menanyakannya kepada Rasulullah Saw. Ia
pernah menanyakan makna ayat tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka beliau Saw.
menjawab: Wahai Aisyah, hal ini merupakan janji Allah kepada hamba-(Nya)
menyangkut sebagian dari penyakit yang menimpa dirinya, seperti demam dan
kesusahan serta duri (yang menancap di kakinya), sehingga barang dagangan yang
ia letakkan di dalam kantong bajunya, dan ketika ia merabanya sangat terkejut
karena tidak ada, dan ternyata ia menemukannya pada kantong celananya.
Sehingga seorang mukmin, benar-benar bersih dari dosa-dosanya,
sebagaimana emas yang baru disepuh bebas dari kotorannya.Jalur yang lain.
قَالَ
ابْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ،
حَدَّثَنَا أَبُو الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا سُرَيج بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا أَبُو
مُعَاوِيَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ
الْمُهَاجِرِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سُئل رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ}
قَالَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُؤْجَرُ فِي كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى فِي الفَيْظ عِنْدَ
الْمَوْتِ".
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad
ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abul Qasim, telah menceritakan
kepada kami Syuraih ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah,
dari Muhammad ibnu Ismail, dari Muhammad ibnu Yazid ibnul Muhajir, dari Siti
Aisyah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah di-tanya mengenai makna
ayat ini, yaitu firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123) Maka Rasulullah
Saw. bersabda: Sesungguhnya seorang mukmin itu diberi pahala dalam segala
sesuatunya, hingga pada (rasa sakit) kematiannya ketika nyawanya
dicabut.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ
مُجَاهِدٍ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إِذَا كَثُرَتْ ذُنُوبُ الْعَبْدِ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ مَا
يُكَفِّرُهَا، ابْتَلَاهُ اللَّهُ بالحَزَن ليُكَفِّرها عَنْهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain, dari Zaidah,
dari Lais, dari Mujahid, dari Siti Aisyah bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“apabila dosa seseorang hamba banyak, sedangkan dia tidak mempunyai amalan
saleh untuk menutupinya, maka Allah mengujinya dengan kesedihan, untuk
menghapuskan dosa-dosanya itu."Hadis lain.
قَالَ
سَعِيدُ بْنِ مَنْصُورٍ، عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ مُحَيْصِن، سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ قَيْسِ بْنِ مَخْرَمَة،
يُخْبِرُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ:
{مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ} شَقّ ذَلِكَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ، فَقَالَ
لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَدِّدوا وَقَارِبُوا،
فَإِنَّ فِي كُلِّ مَا يُصَابُ بِهِ الْمُسْلِمُ كَفَّارَةٌ حَتَّى الشَّوْكَةِ
يُشَاكها، والنَّكْبَة يَنْكُبُهَا"
Sa'id ibnu Mansur meriwayatkan dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Umar ibnu Abdur
Rahman ibnu Muhaisin yang pernah mendengar Muhammad ibnu Qais ibnu Makhramah
menceritakan bahwa menurut Abu Hurairah r.a., tatkala diturunkan firman-Nya:
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan
dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123) Maka hal itu terasa berat oleh kaum
muslim. Lalu Rasulullah Saw. bersabda kepada mereka: Bersikap teguhlah kalian
dan dekatkanlah diri kalian (kepada Allah), karena sesungguhnya dalam setiap
musibah yang menimpa diri seorang muslim terkandung kifarat, sehingga duri yang
menusuknya dan kesedihan (kesusahan) yang dialaminya.Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sufyan ibnu Uyaynah juga Imam Muslim, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah.
وَرَوَاهُ
ابْنُ مَردُويه مِنْ حَدِيثِ رَوْحٍ وَمُعْتَمِرٍ كِلَاهُمَا، عَنْ إِبْرَاهِيمَ
بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ
يَقُولُ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا
أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ} بَكَيْنَا
وَحَزِنَّا وَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَبْقَتْ هَذِهِ الْآيَةُ مِنْ
شَيْءٍ. قَالَ: "أَمَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَكَمَا نَزَلَتْ،
وَلَكِنْ أَبْشِرُوا وَقَارِبُوا وسَدِّدوا؛ فَإِنَّهُ لَا يُصِيبُ أحدًا
منكم فِي
الدُّنْيَا إِلَّا كفَّر اللَّهُ بِهَا خَطِيئَتَهُ، حَتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكها
أَحَدُكُمْ فِي قَدَمِهِ"
Ibnu Mardawih meriwayatkannya melalui hadis Rauh dan Ma'mar; keduanya dari
Ibrahim ibnu Yazid, dari Abdullah ibnu Ibrahim; ia pernah mendengar Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: (Pahala
dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong dan tidak (pula)
menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123) Maka
kami menangis dan sedih, serta mengatakan, "Wahai Rasulullah, ayat ini tidak
menyisakan barang sedikit pun (dari balasan)." Lalu Rasulullah Saw. bersabda:
Ingatlah, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya,
sesungguhnya ayat ini memang mempunyai arti seperti apa yang diturunkan. Tetapi
bergembiralah kalian, dekatkanlah diri kalian (kepada Allah), dan teguhlah
kalian (pada ja-lan yang lurus). Karena sesungguhnya tiada suatu musibah pun di
dunia ini yang menimpa seseorang di antara kalian, melainkan Allah menghapuskan
karenanya sebagian dari dosa-dosanya, sehingga duri yang menancap pada telapak
kaki seseorang di antara kalian.
قَالَ
عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّهُمَا سَمِعَا
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَا يُصِيبُ
الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصب وَلَا وَصَب وَلَا سَقَم وَلَا حَزَن، حَتَّى الْهَمِّ
يُهَمّه، إِلَّا كُفّر بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ"
Ata ibnu Yasar meriwayatkan dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah, bahwa keduanya
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak sekali-kali seorang muslim
tertimpa kelelahan, tidak pula kepayahan, tidak pula penyakit, dan tidak pula
kesedihan sehingga kesusahan yang dialaminya, melainkan Allah menghapuskan
sebagian dari keburukan-keburukan (dosa-dosa)nya.Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Hadis lain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ سَعْدِ بْنِ إِسْحَاقَ،
حَدَّثَتْنِي زَيْنَبُ بِنْتُ كَعْبِ بنُ عُجْرَة، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أَرَأَيْتَ هَذِهِ الْأَمْرَاضَ الَّتِي تُصِيبُنَا؟ مَا لَنَا بِهَا؟ قَالَ:
"كَفَّارَاتٌ". قَالَ أُبَيٌّ: وَإِنْ قَلَّتْ؟ قَالَ: "وَإِنْ شَوْكَةً فَمَا
فَوْقَهَا" قَالَ: فَدَعَا أُبَيٌّ عَلَى نَفْسِهِ أَنَّهُ لَا يُفَارِقُهُ
الْوَعْك حَتَّى يَمُوتَ، فِي أَلَّا يَشْغَلَهُ عَنْ حَجٍّ وَلَا عُمْرَةٍ، وَلَا
جِهَادٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَلَا صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ فِي جَمَاعَةٍ، فَمَا
مَسَّهُ إِنْسَانٌ إِلَّا وَجَدَ حَرَّهُ، حَتَّى مَاتَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id ibnu
Ishaq, telah menceritakan kepadaku Zainab binti Ka'b ibnu Ujrah, dari Abu Sa'id
Al-Khudri yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw.,
lalu bertanya, "Bagaimanakah menurut pendapatmu tentang berbagai penyakit yang
menimpa diri kami, apakah imbalannya bagi kami?" Nabi Saw. menjawab,
"Berbagai macam kifarat (penghapus dosa)." Kemudian ayahku ikut
bertanya, "Sekalipun musibah itu ringan?" Nabi Saw. menjawab, "Bahkan duri
(yang menusuk kakinya) hingga yang lebih besar lagi." Zainab binti
Ka'b melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu ayahnya (Ka'b ibnu Ujrah) mendoa
terhadap dirinya sendiri, semoga selama hidupnya ia tidak terpisah dari sakit
hingga mati, agar dirinya tidak berpaling dari haji, umrah, jihad, dan salat
fardu dengan berjamaah. Maka tidak ada seorang pun yang menyentuh tubuhnya,
melainkan ia pasti merasakan tubuhnya yang panas, hingga Ka'b ibnu Ujrah r.a.
meninggal dunia.Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.
Hadis lain.
رَوَى
ابْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ طَرِيقِ حُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ، عَنِ الْكَلْبِيِّ، عَنْ
أَبِي صَالِحٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ: {مَنْ
يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ} ؟ قَالَ: "نَعَمْ، وَمَنْ يَعْمَلْ حَسَنَةً يُجزَ
بِهَا عَشْرًا. فَهَلَكَ مَنْ غَلَبَ وَاحِدَتُهُ عَشْرًا"
diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih melalui jalur Husain ibnu Waqid, dari
Al-Kalbi, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pernah ada
yang bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai makna firman-Nya: Barang siapa
yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
(An-Nisa: 123) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Memang benar, dan barang
siapa yang mengerjakan kebaikan, niscaya akan diberi balasan dengan sepuluh kali
kebaikan. Maka binasalah orang yang satunya mengalahkan sepuluhnya
(yakni keburukannya mengalahkan amal baiknya).Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Humaid, dari Al-Hasan sehubungan dengan firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123) Makna yang dimaksud ialah orang kafir. Kemudian Al-Hasan (Al-Basri) membacakan firman-Nya: Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (Saba': 17)
Hal yang sama diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sa'id Ibnu Jubair; keduanya mengatakan bahwa tafsir dari kata as-su' dalam ayat ini ialah kekufuran (kemusyrikan).
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلا
يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيراً
dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain
dari Allah. (An-Nisa: 123)Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, "Kecuali jika ia bertobat, maka tobatnya akan diterima oleh Allah Swt." Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa hal tersebut bersifat umum mencakup semua amal perbuatan, karena berdasarkan kepada hadis-hadis yang telah disebutkan di atas. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ
يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثى وَهُوَ
مُؤْمِنٌ
Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan, sedangkan ia orang yang beriman. (An-Nisa: 124), hingga akhir
ayat.Setelah disebutkan balasan perbuatan-perbuatan jahat —yaitu sudah semestinya seseorang hamba mendapat pembalasannya, adakalanya di dunia ini lebih baik baginya, dan adakalanya di akhirat; semoga Allah melindungi kita dari hal ini dan memohon kepada-Nya keselamatan di dunia dan akhirat serta pemaafan, ampunan, dan pembebasan dari-Nya—, kemudian dalam ayat ini diterangkan kebaikan, kemurahan, dan rahmat Allah dalam penerimaan-Nya terhadap amal-amal saleh hamba-hamba-Nya, baik yang laki-laki maupun yang wanita, dengan syarat iman mereka. Bahwa Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga; Allah tidak akan menganiaya pahala kebaikan mereka, tidak pula menguranginya barang sedikit pun.
Yang dimaksud dengan istilah naqir dalam akhir ayat ini ialah titik kecil yang terdapat di dalam biji buah kurma. Yang dimaksud dengan istilah fatil ialah serat yang terdapat di dalam belahan biji buah kurma. Naqir dan fatil ini kedua-duanya berada di dalam biji buah kurma. Sedangkan istilah qitmir yaitu selaput yang membungkus biji buah kurma, berada di luar biji buah kurma. Ketiga istilah ini semuanya ada di dalam Al-Qur'an.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ
أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ}
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah. (An-Nisa: 125) Yakni ikhlas dalam beramal demi Tuhannya, amal perbuatannya didasari oleh iman, dan mengharapkan pahala serta rida-Nya.
{وَهُوَ
مُحْسِنٌ}
sedangkan dia pun mengerjakan kebaikan. (An-Nisa: 125) Dalam beramal ia mengikuti jalur yang telah disyariatkan oleh Allah Swt. kepadanya, sesuai dengan tuntunan hidayah dan agama yang hak yang disampaikan oleh Rasul-Nya. Kedua syarat ini harus dipenuhi oleh seseorang bila ia menginginkan amalnya diterima; suatu amal perbuatan tanpa keduanya tidaklah sah. Dengan kata lain, amal yang ikhlas lagi benar harus dilandasi dengan kedua syarat ini. Amal yang ikhlas ialah amal yang dilakukan karena Allah, dan amal yang benar ialah amal yang mengikuti ketentuan syariat. Secara lahiriah dinilai sah dengan mengikuti peraturan syariat dan secara batiniah dilandasi dengan ikhlas, keduanya ini saling berkaitan erat. Maka, manakala salah satu dari kedua syarat ini tidak dipenuhi oleh suatu amal, amal tersebut tidak sah. Bila tidak dilandasi oleh ikhlas, berarti pelakunya adalah munafik, yaitu orang-orang yang suka pamer (riya). Orang yang dalam amalnya tidak mengikuti tuntunan syariat, berarti dia sesat dan bodoh. Tetapi bila kedua syarat tersebut terpenuhi, maka amal perbuatannya itu termasuk amal perbuatan orang-orang yang mukmin. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:
الَّذِينَ
يَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَتَجَاوَزُ عَنْ
سَيِّئاتِهِمْ
Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang
telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka. (Al-Ahqaf:
16), hingga akhir ayat.Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:
{وَاتَّبَعَ
مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا}
dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. (An-Nisa: 125)Mereka adalah Nabi Muhammad Saw. dan para pengikutnya sampai hari kiamat nanti. Perihalnya sama dengan makna ayat lain, yaitu firman-Nya:
إِنَّ
أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْراهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهذَا
النَّبِيُّ
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang
mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad). (Ali Imran: 68), hingga akhir
ayat.Firman Allah Swt. yang lainnya, yaitu:
{ثُمَّ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ
مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim
seorang yang hanif." Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan. (An-Nahl: 123)Yang dimaksud dengan istilah al-hanif ialah yang sengaja menyimpang dari kemusyrikan. Dengan kata lain, meninggalkannya karena mengerti dan menghadapkan diri kepada perkara yang hak secara keseluruhan dengan keteguhan hati, tanpa ada yang bisa menghalangi-nya dan tidak ada yang dapat mengusiknya dari perkara yang hak.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَاتَّخَذَ
اللَّهُ إِبْراهِيمَ خَلِيلًا
Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (An-Nisa: 125)Di dalam ayat ini terkandung makna yang menganjurkan mengikuti Ibrahim a.s. karena dia adalah seorang imam yang diikuti, mengingat dia telah mencapai puncak tingkatan taqarrub seorang hamba kepada Allah Swt. Sesungguhnya dia telah sampai kepada tingkatan khullah (kekasih) yang merupakan kedudukan mahabbah yang tertinggi. Hal ini tiada lain berkat ketaatannya yang banyak kepada Tuhannya, seperti yang disebut di dalam firman-Nya:
وَإِبْراهِيمَ
الَّذِي وَفَّى
dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji.
(An-Najm: 37)Menurut kebanyakan ulama Salaf, makna yang dimaksud dengan lafaz waffa ialah orang yang mengerjakan semua yang diperintahkan kepadanya; tiada suatu pun yang termasuk ke dalam pengertian iba-dah, melainkan dia mengerjakannya. Nabi Ibrahim tidak pernah melupakan hal kecil karena sedang sibuk dengan hal yang besar, tidak pernah pula melupakan perkara remeh karena sedang mengerjakan perkara yang agung dalam masalah ibadah.
Allah Swt. telah berfirman:
وَإِذِ
ابْتَلى إِبْراهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِماتٍ فَأَتَمَّهُنَّ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat
(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya (secara sempurna).
(Al-Baqarah: 124), hingga akhir ayat.
إِنَّ
إِبْراهِيمَ كانَ أُمَّةً قانِتاً لِلَّهِ حَنِيفاً وَلَمْ يَكُ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi
patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang
yang mempersekutukan (Tuhan). (An-Nahl: 120)Hingga ayat sesudahnya.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Ha-bib ibnu Abu Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Amr ibnu Maimun yang menceritakan bahwa sesungguhnya Mu'az ketika tiba di negeri Yaman melaksanakan salat Subuh bersama mereka, lalu Mu'az membacakan firman-Nya: Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (An-Nisa: 125); Maka seorang lelaki dari kalangan mereka ada yang berkata, "Sesungguhnya hati ibu Nabi Ibrahim bahagia."
Ibnu Jarir menuturkan sehubungan dengan tafsir ayat ini dari salah seorang ulama, bahwa sesungguhnya Allah menamakan Nabi Ibrahim dengan sebutan Al-Khalil tiada lain kisahnya bermula ketika penduduk negeri yang berdekatan dengannya mengalami musim paceklik. Salah seorang dari mereka berangkat menuju tempat khalil (kesayangan)nya dari kalangan penduduk Mausul —menurut pendapat sebagian dari mereka dari kalangan penduduk Mesir— dengan tujuan mengambil makanan buat keluarganya dari khalil itu. Tetapi sesampainya di tempat khalil, ia tidak kebagian dan keperluannya tidak terpenuhi, lalu lelaki itu kembali ke kampung halamannya. Ketika sudah dekat ke tempat keluarganya di suatu tempat yang banyak pasirnya, maka ia berkata kepada dirinya sendiri, "Sebaiknya aku penuhi karung-karung ini dengan pasir, agar keluargaku tidak sedih bila aku kembali kepada mereka tanpa makanan, agar mereka menduga bahwa aku datang kepada mereka dengan membawa makanan yang sangat diperlukan mereka." Suatu mukjizat terjadi. Ternyata pasir yang berada di dalam karung itu benar-benar berubah menjadi tepung terigu, tanpa sepengetahuannya. Ketika sampai di tempat keluarganya, ia langsung tidur (istirahat); sedangkan keluarganya terbangun, lalu membuka karung-karung tersebut, dan ternyata mereka menjumpai tepung terigu di dalamnya. Mereka langsung membuat adonan roti dari tepung itu, kemudian dimasak. Ketika terbangun, ia merasa heran, lalu menanyakan kepada keluarganya mengenai tepung terigu itu, dari manakah mereka mendapatkannya hingga dapat membuat roti? Mereka menjawab, "Tepung terigu yang engkau bawa dari khalil-mu itu." Maka ia menjawab, "Ya, tepung terigu itu berasal dari kekasih Allah." Maka sejak saat itu Allah Swt. menamakannya (Nabi Ibrahim) sebagai Khalilullah (kekasih Allah).
Mengenai kesahihan kisah ini dan kenyataannya, masih perlu dipertimbangkan; pada garis besarnya tidak lebih dan tidak kurang merupakan kisah israiliyat yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat pula didustakan.
Sesungguhnya Allah Swt. menyebut Nabi Ibrahim dengan julukan Khalilullah tiada lain karena ia sangat mencintai Tuhannya melalui apa yang ia kerjakan demi-Nya berupa amal-amal ketaatan yang disukai dan diridai-Nya.
Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa ketika Rasulullah Saw. berkhotbah kepada mereka dalam khotbah terakhirnya, mengatakan:
«أَمَّا
بَعْدُ، أَيُّهَا النَّاسُ فَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ
خَلِيلًا، لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرِ بْنَ أَبِي قُحَافَةَ خَلِيلًا، وَلَكِنَّ
صَاحِبَكُمْ خَلِيلُ اللَّهِ»
Amma Ba'du. Hai manusia. seandainya aku mengambil dari kalangan penduduk
bumi ini seorang khalil (kesayangan), niscaya aku akan mengambil Abu Bakar ibnu
Abu Quhafah sebagai seorang kesayangan, tetapi teman kalian ini (yakni Abu
Bakar) telah menjadi khalilullah (kesayangan Allah).Melalui jalur Jundub ibnu Abdullah Al-Bajali, Abdullah ibnu Amr ibnul As, dan Abdullah ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw., disebutkan bahwa Nabi Saw. telah bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا، كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ
خَلِيلًا»
Sesungguhnya Allah menjadikan diriku sebagai kesayangan-(Nya), sebagaimana
Dia menjadikan Ibrahim sebagai kesayangan(Nya).
قَالَ
أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ
مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أُسَيْد، حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ الجَوْزجاني بِمَكَّةَ، حَدَّثَنَا عُبَيد اللَّهِ
الحَنَفي، حَدَّثَنَا زَمْعة بْنِ صَالِحٍ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ وَهْرَام، عَنْ
عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَلَسَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْتَظِرُونَهُ، فَخَرَجَ حَتَّى إِذَا
دَنَا مِنْهُمْ سَمِعَهُمْ يَتَذَاكَرُونَ، فَسَمِعَ حَدِيثَهُمْ، وَإِذَا
بَعْضُهُمْ يَقُولُ: عَجَبًا إِنِ اللَّهَ اتَّخَذَ مِنْ خَلْقِهِ خَلِيلًا
فَإِبْرَاهِيمُ خَلِيلُهُ! وَقَالَ آخَرُ: مَاذَا بِأَعْجَبِ مِنْ أَنَّ اللَّهَ
كَلَّمَ مُوسَى تَكْلِيمًا! وَقَالَ آخَرُ: فَعِيسَى رُوحُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ!
وَقَالَ آخَرُ: آدَمُ اصْطَفَاهُ اللَّهُ! فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ فَسَلَّمَ وَقَالَ:
"قَدْ سَمِعْتُ كَلَامَكُمْ وَتَعَجُّبَكُمْ أَنَّ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلُ اللَّهِ،
وَهُوَ كَذَلِكَ، وَمُوسَى كَلِيمُهُ، وَعِيسَى رُوحُهُ وَكَلِمَتُهُ، وَآدَمَ
اصْطَفَاهُ اللَّهُ، وَهُوَ كَذَلِكَ أَلَا وَإِنِّي حَبِيبُ اللَّهِ وَلَا فَخْرَ،
وَأَنَا حَامِلُ لِوَاءِ الْحَمْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ، وَأَنَا
أَوَّلُ شَافِعٍ، وَأَوَّلُ مشَفع وَلَا فَخْرَ، وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يُحَرِّكُ
حِلَق الْجَنَّةِ، فَيَفْتَحُ اللَّهُ فَيُدْخِلُنِيهَا وَمَعِي فُقَرَاءُ
الْمُؤْمِنِينَ وَلَا فَخْرَ، وَأَنَا أَكْرَمُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ".
Abu Bakar Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur
Rahim ibnu Muhammad ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu
Ahmad ibnu Usaid, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ya'qub Al-Jurjani
di Mekah, telah menceritakan kepada kami Abdullah Al-Hanafi, telah menceritakan
kepada kami Zam'ah Abu Saleh, dari Salamah ibnu Wahran, dari Ikrimah dari Ibnu
Abbas yang menceritakan bahwa sejumlah orang dari kalangan sahabat Rasulullah
Saw. duduk menunggu kedatangan beliau Saw. Nabi Saw. keluar, dan ketika berada
di dekat mereka, beliau mendengar mereka membicarakan sesuatu. Sebagian dari
mereka mengatakan, "Sungguh mengherankan, Allah mengambil kesayangan di antara
makhluk-Nya, Dia menjadikan Ibrahim sebagai kesayangan-Nya." Orang yang lainnya
mengatakan, "Tiada yang lebih mengherankan daripada Nabi Musa yang diajak
berbicara langsung oleh Allah Swt." Orang yang lainnya lagi mengatakan, "Isa
adalah roh (ciptaan) Allah dan kalimah (perintah)-Nya." Yang lainnya lagi
mengatakan bahwa Adam telah dipilih oleh Allah sebagai pilihan-Nya. Maka Nabi
Saw. menemui mereka dan mengucapkan salam kepada mereka, lalu bersabda,
"Sesungguhnya aku telah mendengar pembicaraan kalian, dan kalian merasa heran
karena Nabi Ibrahim menjadi kesayangan Allah. Memang demikianlah keadaannya,
Nabi Musa menjadi orang yang diajak bicara langsung oleh-Nya, Nabi Isa adalah
roh dan kalimah-Nya, dan Adam adalah orang yang dipilih oleh-Nya. Memang
demikianlah kenyataannya, begitu pula Muhammad Saw." Nabi Saw. melanjutkan
sabdanya: Ingatlah, dan sesungguhnya aku adalah kekasih Allah, tanpa
membanggakan diri; dan aku adalah orang yang mula-mula memberi syafaat dan orang
yang mula-mula diberi izin untuk memberi syafaat, tanpa membanggakan diri. Dan
aku adalah orang yang mula-mula menggerakkan (mengetuk) pintu surga, maka Allah
membukakannya dan menyuruh aku masuk ke dalam surga dengan ditemani oleh
orang-orang miskin dari kalangan kaum mukmin, tanpa membanggakan diri.
Dan aku adalah orang yang paling mulia di antara orang-orang yang
terdahulu dan yang kemudian, kelak di hari kiamat, tanpa membanggakan
diri.Bila ditinjau dari segi ini, hadis berpredikat garib. Tetapi sebagian di antaranya mempunyai banyak syawahid yang memperkuatnya di dalam kitab-kitab Sahih dan kitab-kitab yang lain.
Qatadah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Apakah kalian merasa heran karena predikat khullah (kesayangan Allah) diberikan kepada Nabi Ibrahim, predikat kalim (diajak berbicara secara langsung oleh Allah) diberikan kepada Nabi Musa, dan predikat ruyah (melihat langsung Allah) diberikan kepada Muhammad, semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepada mereka semuanya."
Demikian menurut riwayat Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya, dan Imam Hakim mengatakan bahwa hal ini dinilai sahih dengan syarat Imam Bukhari, tetapi Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak mengetengahkannya.
Hal yang sama diriwayatkan dari Anas ibnu Malik dan bukan hanya seorang dari kalangan para sahabat, para tabiin, dan para imam dari kalangan ulama Salaf dan ulama Khalaf.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abduka Al-Qazwaini, telah menceritakan kepada kami Muhammad (yakni Ibnu Sa'id ibnu Sabiq), telah menceritakan kepada kami Amr (yakni ibnu Abu Qais), dari Asim, dari Abu Rasyid, dari Ubaid ibnu Umair yang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu menjamu orang lain. Pada suatu hari ia keluar mencari seseorang yang akan diajaknya makan bersama, tetapi ia tidak menemukan seseorang pun. Maka ia kembali ke rumahnya, dan ternyata di dalam rumahnya ia menjumpai seseorang yang sedang berdiri. Nabi Ibrahim a.s. menanyai orang tersebut, "Hai hamba Allah, apakah yang menyebabkan kamu memasuki rumahku tanpa izinku?" Orang itu menjawab, "Aku memasukinya atas izin Tuhan." Nabi Ibrahim bertanya, "Siapakah Anda ini?" Orang itu menjawab, "Aku adalah malaikat maut, Tuhanku mengutusku kepada seseorang hamba dari kalangan hamba-hamba-Nya untuk menyampaikan berita gembira kepadanya bahwa Allah Swt. telah menjadikannya sebagai kesayangan-Nya." Nabi Ibrahim bertanya, "Siapakah orang itu? Demi Allah, jika kamu memberitahukannya ada di suatu tempat yang jauh dari negeri ini, niscaya aku benar-benar akan datang kepadanya, lalu aku ingin menjadi tetangganya hingga maut memisahkan di antara kita." Malaikat maut utusan Allah menjawab, "Orang itu adalah kamu sendiri." Nabi Ibrahim berkata keheranan, "Aku sendiri?" Ia menjawab, "Ya." Nabi Ibrahim bertanya, "Mengapa Allah menjadikan diriku sebagai kesayangan-Nya?" ia menjawab, "Karena sesungguhnya kamu suka memberi kepada orang lain, sedangkan kamu sendiri tidak pernah meminta kepada mereka."
Telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Khalid As-Sulami, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, dari Ishaq ibnu Yasar yang mengatakan, "Ketika Allah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kesayangan-Nya, maka Allah menanamkan ke dalam hatinya rasa takut (kepada Dia), sehingga degupan kalbunya benar-benar terdengar dari kejauhan, sebagaimana suara kepakan sayap burung di angkasa."
Hal yang sama disebutkan di dalam sifat Rasulullah Saw., bahwa dari dalam dada beliau Saw. sering terdengar suara gejolak sebagaimana suara gejolak panci bila air yang ada di dalamnya mendidih, karena menangis.
*******************
Firman Allah Swt:
وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. (An-Nisa:
126)Semuanya adalah milik Allah, hamba, dan makhluk-Nya. Dialah yang mengatur, tiada yang menolak terhadap apa yang diputuskan-Nya, dan tiada beban bagi apa yang telah dijatuhkan-Nya; tiada yang meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang diperbuat-Nya karena keagungan, kekuasaan, keadilan, kebijaksanaan, lemah lembut, dan rahmat-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَكَانَ
اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطًا}
dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu. (An-Nisa:
126) Artinya, ilmu (pengetahuan) Allah Swt. menembus semuanya itu, tiada sesuatu pun yang ada pada hamba-hamba-Nya tersembunyi dari-Nya, dan tiada sekecil zarrah pun di langit dan di bumi yang ter-halang dari pengetahuan-Nya, tiada pula yang terhalang dari pengetahuannya hal yang lebih kecil atau lebih besar darinya. Tiada sesuatu pun yang dilihat oleh orang-orang yang melihat sangat kecil dan tersembunyi luput dari pengetahuan-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar