Minggu, 24 Januari 2016

An-Nahl 98-100

TAFSIR IBNU KATSIR > 16.SURAT AN-NAHL >

98-100

{فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (98) إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (99) إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ (100) }

Apabila kalian membaca Al-Qur’an, hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya(setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.

Perintah ini dari Allah, ditujukan kepada hamba-hamba-Nya melalui lisan Nabi-Nya; bahwa apabila mereka hendak membaca Al-Qur'an, terlebih dahulu hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Perintah ini adalah perintah sunat, bukan perintah wajib, menurut kesepakatan ulama yang diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir dan lain-lainnya dari kalangan para imam.

Dalam pembahasan isti'azah dalam permulaan tafsir ini telah disebutkan sejumlah hadis yang menerangkan tentang isti'azah secara panjang lebar.

Makna membaca isti’azah pada permulaan membaca Al-Qur'an dimaksudkan agar si pembaca tidak mengalami kekeliruan dalam bacaannya yang berakibat campur aduk bacaannya sehingga ia tidak dapat merenungkan dan memikirkan makna apa yang dibacanya. Untuk itulah jumhur ulama berpendapat bahwa bacaan istia'zah itu hanya dilakukan sebelum bacaan Al-Qur'an. Akan tetapi, telah diriwayatkan dari Hamzah dan Abu Hatim As-Sijistani bahwa isti'a'zah dilakukan sesudah membaca Al-Qur'an. Keduanya mengatakan ini dengan berdalilkan ayat di atas. Imam Nawawi di dalam Syarah Muhazzab-nya mengatakan pula hal yang semisal dari Abu Hurairah, Muhammad ibnu Sirin, dan Ibrahim An-Nakha'i.

Tetapi pendapat yang sahih adalah yang pertama (yakni bacaan ta'awwuz dilakukan sebelum membaca Al-Qur'an), karena berdasarkan hadis-hadis yang menunjukkan bahwa ta'awwuz dilakukan sebelum membaca Al-Qur'an.

*******************

Firman Allah Swt.:

{إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}

Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. (An-Nahl: 99)

As-Sauri mengatakan, makna yang dimaksud ialah setan tidak mempunyai kekuasaan untuk dapat menjerumuskan hamba-hamba Allah ke dalam suatu dosa yang mereka tidak bertobat darinya. Ulama lainnya mengatakan bahwa makna ayat ialah setan tidak mempunyai kemampuan untuk menggoda mereka. Ulama lainnya lagi mengatakan, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:

{إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ}

kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka (Al-Hijr: 40; Shad: 83)

Adapun firman Allah Swt.:

{إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ}

Sesungguhnya kekuasaannya (setan)hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin. (An-Nahl: 100)

Mujahid mengatakan, maknayatawallaunahu ialah orang-orang yang taat kepada setan. Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa orang-orang yang menjadikan setan sebagai penolongnya, bukan Allah.

{وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ}

sedangkan mereka mempersekutukannya dengan Allah.(An-Nahl: 100)

Yakni mereka mempersekutukan setan dengan Allah dalam penyem­bahannya. Dapat ditakwilkan bahwa huruf ha pada ayat ini bermakna sababiyah, yakni 'disebabkan ketaatan mereka kepada setan, jadilah mereka orang-orang yang mempersekutukan Allah Swt.'. Ulama lainnya mengatakan bahwa makna ayat ialah mereka bersekutu dengan setan dalam harta benda dan anak-anaknya.

Copyright © 2016.Ciawi Tasikmalaya

Kompilasi Chm oleh : Abu Fath™

continue reading An-Nahl 98-100

An-Nahl 97


{مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (97) }

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh —baik laki-laki maupun perempuan— dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik: dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.

Janji Allah ini ditujukan kepada orang yang beramal saleh. Yang dimaksud dengan amal saleh ialah amal perbuatan yang mengikuti petunjuk Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, baik dia laki-laki ataupun perempuan dari kalangan anak Adam, sedangkan hatinya dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan bahwa amal yang dilakukan­nya itu merupakan amal yang diperintahkan serta disyariatkan dari sisi Allah. Maka Allah berjanji akan memberinya kehidupan yang baik di dunia, dan akan memberinya pahala yang jauh lebih baik daripada amalnya kelak di akhirat.

Pengertian kehidupan yang baik ialah kehidupan yang mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai aspeknya. Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa mereka menafsirkannya dengan pengertian rezeki yang halal lagi baik.

Dari Ali ibnu Abu Talib, disebutkan bahwa dia menafsirkannya dengan pengertian al-qana'ah (puas dengan apa yang diberikan kepadanya). Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Wahb ibnu Munabbih.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah kebahagiaan. Al-Hasan, Mujahid, dan Qatadah mengatakan.”Tiada suatu kehidupan pun yang dapat menyenangkan seseorang kecuali kehidupan di dalam surga."

Ad-Dahhak mengatakan, makna yang dimaksud ialah rezeki yang halal dan kemampuan beribadah dalam kehidupan di dunia. Ad-Dahhak mengatakan pula bahwa yang dimaksud ialah mengamalkan ketaatan, dan hati merasa lega dalam mengerjakannya.

Tetapi pendapat yang benar tentang makna kehidupan yang baik ini menyatakan bahwa pengertian kehidupan yang baik mencakup semua yang telah disebutkan di atas.

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan bahwa:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، حَدَّثَنِي شُرَحْبِيلُ بْنُ شَرِيكٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الحُبُلي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمرو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ ورُزق كَفَافًا، وقَنَّعه اللَّهُ بِمَا آتَاهُ".

telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Syurahbil ibnu Syarik, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Umar. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah masuk Islam dan diberi rezeki secukupnya serta Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana'ah terhadap apa yang diberikan kepadanya.

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri dengan sanad yang sama.

Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah meriwayatkan melalui hadis Ummu Hani', dari Abu Ali Al-Juhani, dari Fudalah ibnu Ubaid yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

"قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدي إِلَى الْإِسْلَامِ، وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا، وَقَنِعَ به".

Sesungguhnya beruntunglah orang yang diberi petunjuk kepada Islam, sedangkan rezekinya secukupnya dan ia menerimanya dengan penuh rasa syukur.

Imam Turmuzi mengatakan, hadis ini berpredikat sahih.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا هَمَّام، عَنْ يَحْيَى، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن اللَّهَ لَا يَظْلِمُ الْمُؤْمِنَ حَسَنَةً يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا [وَيُثَابُ عَلَيْهَا فِي الْآخِرَةِ وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيُعْطِيهِ حَسَنَاتِهِ فِي الدُّنْيَا] حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى الْآخِرَةِ، لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةً يُعْطَى بِهَا خَيْرًا"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Yahya, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:Sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya orang mukmin dalam suatu kebaikan pun yang Dia berikan kepadanya di dunia dan Dia berikan pahalanya di akhirat. Adapun orang kafir, maka ia diberi balasan di dunia karena kebaikan-kebaikannya, hingga manakala ia sampai di akhirat, tiada suatu kebaikan pun yang tersisa baginya yang dapat diberikan kepadanya sebagai balasan kebaikan.

Hadis ini diketengahkan secara munfaridoleh Imam Muslim.

Copyright © 2016.Ciawi Tasikmalaya

Kompilasi Chm oleh : Abu Fath™

continue reading An-Nahl 97

An-Nahl 93-96


{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (93) وَلا تَتَّخِذُوا أَيْمَانَكُمْ دَخَلا بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌ بَعْدَ ثُبُوتِهَا وَتَذُوقُوا السُّوءَ بِمَا صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (94) وَلا تَشْتَرُوا بِعَهْدِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا إِنَّمَا عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (95) مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (96) }

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kalian satu umat (saja),tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kalian akan ditanya tentang apa yang telah kalian kerjakan. Dan janganlah kalian jadikan sumpah-sumpah kalian sebagai alat penipu di antara kalian, yang menyebabkan tergelincir kaki (kalian) sesudah kokoh tegaknya, dan kalian rasakan kemelaratan (di dunia) karena kalian menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagi kalian azab yang besar. Dan janganlah kalian tukar perjanjian kalian dengan Allah dengan harga yang sedikit(murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Apa yang di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.

Firman Allah Swt.:

{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ} أَيُّهَا النَّاسُ {أُمَّةً وَاحِدَةً}

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kalian (hai manusia)satu umat saja. (An-Nahl: 93)

Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:

{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا}

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. (Yunus: 99)

Yakni niscaya Dia benar-benar merukunkan di antara sesama kalian dan tentulah Dia tidak akan menjadikan perselisihan, permusuhan, dan perdebatan di antara kalian. Dalam ayat yang lain disebutkan pula:

{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ}

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (Hud: 118-119)

Hal yang semakna dikatakan oleh firman-Nya dalam ayat ini, yaitu:

{وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}

tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.(An-Nahl: 93)

Kemudian Dia akan meminta pertanggungjawaban dari kalian kelak di hari kiamat tentang semua amal perbuatan kalian, lalu Dia akan membalaskannya terhadap kalian, baik yang besar, yang pertengahan, maupun yang terkecil, tanpa ada yang terlewatkan.

Selanjutnya Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya, bahwa janganlah seseorang menjadikan sumpahnya sebagai sarana untuk menipu dan makar, agar kakinya tidak tergelincir sesudah kokoh. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang tadinya berada pada jalan yang lurus, lalu menyimpang dan tergelincir dari jalan petunjuk disebabkan sumpah yang dilanggarnya dan berakibat terhalangnya jalan Allah. Dikatakan demikian karena orang kafir itu apabila melihat ada orang mukmin yang bersumpah menjamin keselamatannya, kemudian ternyata orang mukmin itu melanggar sumpahnya, maka tiada kepercayaan lagi bagi si kafir terhadap agama si mukmin. Sebagai akibatnya, maka si kafir itu merasa anti pati untuk masuk Islam. Karena itulah maka disebutkan di dalam firman-Nya:

{وَتَذُوقُوا السُّوءَ بِمَا صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ}

dan kalian rasakan kemelaratan (di dunia) karena kalian menghalangi(manusia) dari jalan Allah; dan bagi kalian azab yang besar. (An-Nahl: 94)

Kemudian dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:

{وَلا تَشْتَرُوا بِعَهْدِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا}

Dan janganlah kalian tukar perjanjian kalian dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah). (An-Nahl: 95)

Maksudnya, janganlah kalian menukar iman kepada Allah dengan harta benda duniawi dan perhiasannya, karena sesungguhnya harta duniawi itu sedikit. Dan sekiranya diberikan dunia berikut isinya kepada seseorang, tentulah pahala yang ada di sisi Allah lebih baik baginya. Yakni balasan Allah dan pahala-Nya adalah lebih baik bagi orang yang berharap kepada Allah, beriman kepada-Nya, memohon kepada-Nya,dan memelihara janjinya dengan Allah karena mengharapkan pahala yang dijanjikan-Nya. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan:

{إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ}

jika kalian mengetahui. Apa yang di sisi kalian akan lenyap. (An-Nahl: 95-96)

Yaitu akan habis dan lenyap, karena sesungguhnya hal itu mempunyai batas waktu yang tertentu dan ada masa habisnya.

{وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ}

dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (An-Nahl: 96)

Pahala Allah untuk kalian di surga nanti kekal, tiada habis-habisnya dan tiada putus-putusnya, karena sesungguhnya pahala di surga itu bersifat kekal, tidak berubah, dan tidak akan lenyap.

{وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 96)

Ungkapan sumpah dari Allah yang diperkuat dengan memakai huruf lammengandung makna bahwa sesungguhnya Dia akan memberikan balasan kepada orang-orang yang penyabar dengan pahala yang lebih baik daripada amal perbuatan mereka, yakni selain itu Allah memaafkan keburukan-keburukan amal perbuatan mereka.

Copyright © 2016.Ciawi Tasikmalaya

Kompilasi Chm oleh : Abu Fath™

continue reading An-Nahl 93-96

An-Nahl 91-92


{وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنْقُضُوا الأيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (91) وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (92) }

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji, dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah(kalian) itu sesudah meneguhkannya, sedangkan kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi kalian (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat. Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali, kalian menjadikan sumpah (perjanjian) kalian sebagai alat penipu di antara kalian, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya daripada golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kalian dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepada kalian apa yang dahulu kalian perselisihkan itu.

Apa yang.disebutkan dalam ayat di atas mengandung perintah Allah, antara lain menepati janji, ikrar, serta memelihara sumpah yang telah dikukuhkan. Untuk itulah Allah Swt. berfirman:

{وَلا تَنْقُضُوا الأيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا}

dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah (kalian) itu sesudah meneguhkannya. (An-Nahl: 91)

Tiada kontradiksi antara apa yang disebutkan oleh ayat ini dan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:

وَلا تَجْعَلُوا اللَّهَ عُرْضَةً لأيْمَانِكُمْ أَنْ تَبَرُّوا وَتَتَّقُوا

Janganlah kalian jadikan (nama) Allah dalam sumpah kalian sebagai penghalang. (Al-Baqarah: 224), hingga akhir ayat.

{ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ}

Yang demikian itu adalah kifarat sumpah-sumpah kalian bila kalian bersumpah (dan kalian langgar). Dan jagalah sumpah kalian. (Al-Maidah: 89)

Dengan kata lain, janganlah kalian meninggalkan sumpah tanpa membayar kifaratnya. Tidak ada pertentangan pula dengan sabda Nabi Saw. yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, yaitu:

إِنِّي وَاللَّهِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، لَا أَحْلِفُ عَلَى يَمِينٍ فَأَرَى غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَتَيْتُ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ وَتَحَلَّلْتُهَا". وَفِي رِوَايَةٍ: "وَكَفَّرْتُ عَنْ يَمِينِي"

Sesungguhnya aku, demi Allah, jika Allah menghendaki, tidak sekali-kali aku bersumpah, lalu aku melihat bahwa ada hal yang lebih baik dari sumpahku itu, melainkan aku akan mengerjakan hal yang kupandang lebih baik, lalu aku bertahallul dari sumpahku. Dalam riwayat lain disebutkan, lalu aku bayar kifarat sumpahku.

Pada garis besarnya tidak ada pertentangan di antara semua dalil di atas dengan ayat yang disebutkan dalam surat ini, yaitu firman-Nya:

وَلا تَنْقُضُوا الأيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا

dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah (kalian) itu sesudah meneguhkannya. (An-Nahl: 91)

Karena sesungguhnya yang dimaksud dengan istilah Al Aiman (sumpah-sumpah) ini termasuk ke dalam pengertian janji-janji dan ikatan-ikatan, bukan hanya sekadar sumpah-sumpah yang diutarakan untuk mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya.

Karena itulah Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah (kalian) itu sesudah mengukuhkannya. (An-Nahl: 91) Yakni sumpah, jelasnya sumpah pakta Jahiliah.

Pendapat ini didukung oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ-حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْر وَأَبُو أُسَامَةَ، عَنْ زَكَرِيَّا -هُوَ ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ-عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جُبَيْر بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا حِلْف فِي الْإِسْلَامِ، وَأَيُّمَا حِلْفٍ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ لَمْ يَزِدْهُ الْإِسْلَامُ إِلَّا شِدَّةً".

telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad (ibnu Abu Syaibah), telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir dan Abu Usamah, dari Zakaria (yakni Ibnu Abu Zaidah), dari Sa'd ibnu Ibrahim, dari ayahnya, dari Jubair ibnu Mut'im yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada sumpah sepakta dalam Islam; dan sumpah sepakta mana pun yang terjadi di zaman Jahiliah, maka sesungguhnya Islam tidak menambahkan kepadanya melainkan menambah kekukuhannya.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Ibnu Abu Syaibah dengan sanad yang sama.

Makna hadis menunjukkan bahwa dengan keberadaan agama Islam tidak diperlukan lagi adanya sumpah pakta yang biasa dilakukan di masa Jahiliah; karena sesungguhnya dengan berpegang kepada agama Islam sudah merupakan kecukupan untuk tujuan itu tanpa memerlukan lagi apa yang dahulu biasa mereka lakukan (di masa Jahiliah).

Adapun apa yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Asim Al-Ahwal, dari Anas r.a., yang mengatakan:

حَالَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي دَارِنَا

Rasulullah Saw. pernah mengikat sumpah pakta di antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar di kampung halaman kami.

Makna yang dimaksud dari hadis ini ialah, Rasulullah Saw. memper­saudarakan di antara sesama mereka menjadi saudara-saudara angkat. Dahulu setelah adanya pakta ini mereka saling mewaris di antara sesamanya, hingga Allah menghapusnya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Imarah Al-Asadi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Laila, dari Buraidah sehubungan dengan makna firman-Nya:Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji. (An-Nahl: 91) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan berbaiat (menyatakan janji setia) kepada Nabi Saw. Tersebutlah bahwa orang yang masuk Islam berbaiat kepada Nabi Saw. untuk menolong Islam. Lalu turunlah firman-Nya: Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji. (An-Nahl: 91) Yakni janji setia yang kalian baiatkan untuk menolong Islam ini. dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah (kalian)itu sesudah meneguhkannya. (An-Nahl: 91) Artinya, janganlah sekali-kali kenyataan minoritas pengikut Nabi Muhammad dan mayoritas kaum musyrik mendorong kalian membatalkan baiat yang telah kalian ikrarkan untuk membela Islam.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا صَخْرُ بْنُ جُوَيرية، عَنْ نَافِعٍ قَالَ: لَمَّا خَلَعَ النَّاسُ يَزِيدَ بْنَ مُعَاوِيَةَ، جَمَعَ ابْنُ عُمَرَ بَنِيهِ وَأَهْلَهُ، ثُمَّ تَشَهَّدَ، ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّا قَدْ بَايَعْنَا هَذَا الرَّجُلَ عَلَى بَيْعَةِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "إن الْغَادِرَ يُنصب لَهُ لِوَاءٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُقَالُ هَذِهِ غَدْرة فُلَانٍ وَإِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الغَدْر -إِلَّا أَنْ يَكُونَ الْإِشْرَاكَ بِاللَّهِ-أَنْ يُبَايِعَ رَجُلٌ رَجُلًا عَلَى بَيْعَةِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ، ثُمَّ يَنْكُثُ بَيْعَتَهُ، فَلَا يَخْلَعَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ يَزِيدَ وَلَا يُسْرِفَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ فِي هَذَا الْأَمْرِ، فَيَكُونَ صَيْلم بَيْنِي وَبَيْنَهُ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Sakhr ibnu Juwairiyah, dari Nafi' yang mengatakan bahwa tatkala orang-orang (kaum muslim) memecat Yazid ibnu Mu'awiyah, Ibnu Umar mengumpulkan semua anaknya dan keluarganya, kemudian ia membaca syahadat, lalu berkata, "Amma ba'du, sesungguhnya kita telah membaiat lelaki ini (yakni Yazid) dengan baiat Allah dan Rasul-Nya, dan sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:'Sesungguhnya bagi seorang pengkhianat itu akan dipancangkan untuknya sebuah panji nanti di hari kiamat, lalu dikatakan bahwa panji ini adalah panji pengkhianatan si Fulan. Dan sesungguhnya pengkhianatan yang paling besar —terkecuali terhadap perbuatan mempersekutukan Allah— ialah bila seseorang lelaki membaiat lelaki yang lain dengan baiat Allah dan Rasul-Nya, kemudian ia mengkhianati baiatnya (janji setianya).' Maka janganlah sekali-kali ada seseorang di antara kalian mencabut kembali baiatnya, dan janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian menyimpang dalam urusan ini, maka hal itu akan menjadi pemisah antara aku dan dia."

Sebagian dari hadis ini yang berpredikatmarfu', ada di dalam kitab Sahihain.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَابِسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ شَرَطَ لِأَخِيهِ شَرْطًا، لَا يُرِيدُ أَنْ يَفِيَ لَهُ بِهِ، فَهُوَ كَالْمُدْلِي جَارَهُ إِلَى غَيْرِ مَنْعَة"

Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Abdur Rahman ibnu Abis, dari ayahnya, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa mensyaratkan bagi saudaranya suatu syarat dengan niat tidak akan memenuhi syarat itu kepada saudaranya, maka keadaannya sama dengan orang yang menjerumuskan orang yang dilindunginya ke dalam keadaan tanpa perlindungan.

*******************

Firman Allah Swt.:

{إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ}

Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat. (An-Nahl: 91)

Ayat ini mengandung makna ancaman dan peringatan terhadap orang yang membatalkan sumpahnya sesudah mengukuhkannya.

Firman Allah Swt.:

{وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا}

Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang meng­uraikan benangnya sesudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali. (An-Nahl: 92)

Abdullah ibnu Kasir dan As-Saddi mengatakan bahwa wanita itu adalah seorang wanita yang kurang akalnya, ia tinggal di Mekah di masa silam. Apabila telah memintal sesuatu, ia menguraikannya kembali sesudah kuat pintalannya.

Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan, hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang membatalkan sumpahnya sesudah mengukuhkannya. Pendapat ini lebih kuat dan lebih jelas, tanpa memandang apakah di Mekah ada wanita yang menguraikan pintalannya itu ataukah tidak.

*******************

Firman-Nya:

{أَنْكَاثًا}

menjadi cerai-berai kembali. (An-Nahl: 92)

Dapat diartikan bahwa lafaz ankasa ini adalah isim masdar, artinya 'wanita itu menguraikan kembali pintalannya menjadi cerai-berai'. Dapat pula diartikan sebagai badal dari khabar kana, yakni 'janganlah kalian menjadi orang yang gemar melanggar sumpahnya', bentuk jamak dari نَكْثٍ  berasal dari نَاكِثٍ.Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

{تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلا بَيْنَكُمْ}

kalian menjadikan sumpah (perjanjian)kalian sebagai alat penipu di antara kalian. (An-Nahl: 92)

Yakni makar dan tipu muslihat.

{أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ}

disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak dari golongan yang lain.(An-Nahl: 92)

Artinya, kalian mau berpakta dengan orang lain bila mereka lebih banyak jumlahnya daripada jumlah kalian demi ketenangan kalian. Tetapi bila kalian mempunyai kesempatan untuk berkhianat, maka kalian berkhianat terhadap mereka. Karenanya Allah Swt. melarang sikap tersebut, sebagai gambaran pihak yang sedikit terhadap pihak yang lebih banyak. Bilamana dalam keadaan demikian Allah Swt. melarangnya, maka terlebih lagi bila disertai dengan kemampuan dan kekuatan (untuk berbuat khianat), tentunya lebih dilarang.

Dalam surat Al-Anfal telah kami ceritakan kisah Mu'awiyah, ketika terjadi perjanjian gencatan senjata antara dia dengan Raja Romawi. Manakala perjanjian gencatan senjata itu hampir habis; Mu'awiyah berangkat bersama pasukannya menyerang mereka. Dan tepat di saat habisnya masa gencatan senjata, Mu'awiyah telah berada di dekat negeri mereka, maka Mu'awiyah langsung menyerang mereka tanpa menyadari bahwa Mu'awiyahlah pihak yang menyerang (yang memulai dahulu). Maka berkatalah Amr ibnu Anbasah kepadanya, "Allah Mahabesar, hai Mu'awiyah. Tepatilah perjanjianmu, janganlah kamu berbuat khianat! Karena aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

"مَنْ كَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ قَوْمٍ أَجْلٌ فَلَا يَحِلَّنَّ عُقدة حَتَّى يَنْقَضِيَ أمَدها"

'Barang siapa yang antara dia dan suatu kaum terdapat suatu perjanjian, maka janganlah dia melepaskan ikatannya sebelum habis masa berlakunya'.”

Maka Mu'awiyah r.a. surut mundur dan pulang bersama pasukannya.

Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: disebabkan adanya suatu golongan yang lebih banyak daripada golongan yang lain.(An-Nahl: 92) Arba artinya lebih banyak, yakni lebih kuat.

Mujahid mengatakan, dahulu di masa Jahiliah mereka biasa mengadakan perjanjian pakta di antara sesama mereka. Bilamana suatu golongan menjumpai golongan lain yang lebih banyak jumlahnya daripada diri mereka serta lebih kuat, maka dirusaknyalah perjanjian pakta yang ada, lalu mereka mengadakan perjanjian pakta yang baru dengan golongan yang lebih kuat itu. Maka dilaranglah mereka dari perbuatan seperti itu. Ad-Dahhak, Qatadah, dan Ibnu Zaid telah mengatakan hal yang semisal.

*******************

Firman Allah Swt.:

{إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ}

Sesungguhnya Allah hanya menguji kalian dengan hal itu. (An-Nahl: 92)

Sa'id ibnu Jubair mengatakan, makna yang dimaksud ialah Allah menguji mereka dengan adanya golongan yang lebih banyak. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah sengaja menguji kalian melalui perintah-Nya yang menganjurkan agar kalian memenuhi janji kalian.

{وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ}

Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepada kalian apa yang dahulu kalian perselisihkan. (An-Nahl: 92)

Kemudian Allah akan memberikan balasan kepada setiap orang yang beramal sesuai dengan baik buruk amalnya.

Copyright © 2016.Ciawi Tasikmalaya

Kompilasi Chm oleh : Abu Fath™

continue reading An-Nahl 91-92

An-Nahl 90


{إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90) }

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian dapat mengambil pelajaran.

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berlaku adil, yakni pertengahan dan seimbang. Dan Allah memerintahkan untuk berbuat kebajikan, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:

{وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ}

Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. Akan tetapi, jika kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.(An-Nahl: 126)

{وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ}

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan )Allah. (Asy-Syura: 40)

{وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ}

dan luka-luka(pun) ada qisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qisas)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi)penebus dosa baginya. (Al-Maidah: 45)

Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan perintah berbuat adil serta anjuran berbuat kebajikan.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil. (An-Nahl: 90) Yakni mengucapkan persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.

Lain pula dengan Sufyan ibnu Uyaynah, ia mengatakan bahwa istilah adil dalam ayat ini ialah sikap pertengahan antara lahir dan batin bagi setiap orang yang mengamalkan suatu amal karena Allah Swt. Al-ihsan artinya ialah 'bilamana hatinya lebih baik daripada lahiriahnya'.Al fahsya serta al-munkar ialah 'bila lahiriahnya lebih baik daripada hatinya'.

*******************

Dan yang dimaksud dengan firman-Nya:

{وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى}

dan memberi kepada kaum kerabat. (An-Nahl: 90)

Yaitu hendaknya dia menganjurkan untuk bersilaturahmi, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا}

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kalian menghambur-hamburkan (harta kalian)secara boros. (Al-Isra: 26)

Firman Allah Swt.:

{وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ}

dan Allah melarang dari perbuatan keji dan kemungkaran. (An-Nahl: 90)

Yang dimaksud dengan fahsya ialah hal-hal yang diharamkan, dan munkar ialah segala sesuatu yang ditampakkan dari perkara haram itu oleh pelakunya. Karena itulah dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

{قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ}

Katakanlah, "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi.” (Al-A'raf: 33)

Adapun yang dimaksud dengan al-bagyuialah permusuhan dengan orang lain. Di dalam sebuah hadis diterangkan:

"مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ عُقُوبَتَهُ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يُدَّخَرُ لِصَاحِبِهِ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ"

Tiada suatu dosa pun yang lebih berhak Allah menyegerakan siksaan terhadap(pelaku)nya di dunia ini, di samping siksaan yang disediakan buat pelakunya di akhirat nanti, selain dari permusuhan dan memutuskan tali silaturahmi.

*******************

Firman Allah Swt.:

{يَعِظُكُمْ}

Dia memberi pengajaran kepada kalian.(An-Nahl: 90)

Yaitu melalui apa yang diperintahkannya kepada kalian agar berbuat kebaikan dan melarang kalian dari perbuatan yang jahat.

{لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}

agar kalian dapat mengambil pelajaran.(An-Nahl: 90)

Asy-Sya'bi telah meriwayatkan dari Basyir ibnuNuhaik, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mas'ud mengatakan, "Sesungguhnya ayat yang paling mencakup dalam Al-Qur'an adalah ayat surat An-Nahl," yaitu firman-Nya:Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian)berbuat adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.

Sa'id ibnu Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian)berbuat adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat. Bahwa tiada suatu akhlak baik pun yang dahulu dilakukan oleh orang-orang Jahiliah dan mereka memandangnya sebagai perbuatan yang baik, melainkan Allah Swt. menganjurkannya. Dan tiada suatu akhlak buruk pun yang dahulu mereka pandang sebagai suatu keaiban di antara sesama mereka melainkan Allah melarangnya. Yang paling diprioritaskan ialah, sesungguhnya Allah melarang akhlak yang buruk dan yang tercela.

Karena itulah —menurut kami— di dalam sebuah hadis disebutkan:

"إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ مَعَالِيَ الْأَخْلَاقِ، وَيَكْرَهُ سَفْسافها"

Sesungguhnya Allah menyukai akhlak-akhlak yang tinggi dan benci terhadap akhlak-akhlak yang rendah.

Al-Hafiz Abu Ya'la dalam kitab Ma'rifatus Sahabah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Muhammad ibnul Fath A!-Hambali, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Muhammad maula (pelayan) Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Daud Al-Munkadiri, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali Al-Maqdami, dari Ali ibnu Abdul Malik ibnu Umair, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Aksam ibnu Saifi sampai di tempat Nabi Saw. biasa keluar, maka dia bermaksud datang langsung menemui Nabi Saw. tetapi kaumnya tidak membiarkannya berbuat begitu. Mereka berkata, "Engkau adalah pemimpin kami, tidaklah pantas bila engkau datang sendiri kepadanya." Aksam ibnu Saifi berkata, "Kalau begitu, carilah seseorang yang menjadi perantara untuk menyampaikan dariku dan seseorang perantara untuk menyampaikan darinya." Maka ditugaskanlah dua orang lelaki, lalu keduanya datang menghadap kepada Nabi Saw. dan berkata, "Kami berdua adalah utusan Aksam ibnu Saifi, dia ingin bertanya kepadamu, siapakah kamu dan apakah kedudukanmu?" Nabi Saw. bersabda, "Aku adalah Muhammad ibnu Abdullah. Adapun kedudukanku adalah Abdullah (hamba Allah) dan Rasulullah (utusan Allah)." Kemudian Nabi Saw. membacakan kepada mereka ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat. Mereka berkata, "Ulangilah kalimat itu kepada kami." Maka Nabi Saw. mengulang-ulang sabdanya kepada mereka hingga mereka hafal. Setelah itu keduanya datang menghadap kepada Aksam ibnu Saifi dan mengatakan, "Dia menolak, tidak mau meninggikan nasabnya. Ketika kami tanyakan kepada orang lain tentang nasabnya, ternyata kami jumpai dia (Nabi Saw.) bersih nasabnya (tinggi), dan dimuliakan di kalangan Mudar. Sesungguhnya dia telah melontarkan kepada kami kalimat-kalimat yang pernah kami dengar." Setelah Aksam mendengar kalimat-kalimat tersebut, ia mengatakan, "Sesungguhnya saya melihat dia adalah orang yang memerintahkan kepada akhlak-akhlak yang mulia dan melarang akhlak-akhlak yang buruk. Maka jadilah kalian semua dalam urusan ini sebagai pemimpin-pemimpin dan janganlah kalian menjadi pengekor-pengekor."

Disebutkan di dalam hadis yang berpredikat hasan sehubungan dengan penyebab turunnya ayat ini, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Syahr, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. berada di halaman rumahnya sedang duduk-duduk, tiba-tiba lewatlah Usman ibnu Maz'un (yang tuna netra). Lalu Usman ibnu Maz'un tersenyum kepada Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, "Mengapa engkau tidak duduk (bersamaku)?" Usman ibnu Maz'un menjawab, "Baiklah." Maka duduklah Usman ibnu Maz'un berhadapan dengan Rasulullah Saw. Ketika Rasulullah Saw. sedang berbincang-bincang dengannya, tiba-tiba Rasulullah Saw. menatapkan pandangan matanya ke arah langit, lalu memandang ke arah langit sesaat, setelah itu beliau menurunkan pandangan matanya ke arah sebelah kanannya, dan saat itu juga Rasulullah Saw. beralih duduk ke tempat yang tadi dipandang oleh matanya, sedangkan teman duduknya (yaitu Usman ibnu Maz'un) ditinggalkannya. Setelah itu Rasulullah Saw. menundukkan kepalanya, seakan-akan sedang mencerna apa yang diucapkan kepadanya, sementara itu Ibnu Maz'un terus mengamatinya (dengan indera perasanya). Sesudah keperluannya selesai dan memahami apa yang diucapkan kepadanya, maka Rasulullah Saw. kembali menatapkan pandangannya ke arah langit, sebagaimana tatapannya yang pertama kali tadi. Nabi Saw. menatapkan pandangan matanya ke arah langit seakan-akan mengikuti kepergian (malaikat) hingga malaikat itu tidak kelihatan tertutup oleh langit. Kemudian Rasulullah Saw. menghadap kepada Usman di tempat duduknya yang semula tadi. Maka Usman ibnu Maz'un bertanya, "Hai Muhammad, selama saya duduk denganmu saya belum pernah melihat­mu melakukan perbuatan seperti yang kamu lakukan siang hari ini." Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apa sajakah yang kamu lihat aku me­lakukannya?" Usman ibnu Maz'un berkata, "Saya lihat engkau mena­tapkan pandanganmu ke arah langit, kemudian kamu turunkan pandangan matamu ke suatu tempat di sebelah kananmu, lalu kamu pindah ke tempat itu seraya meninggalkan diriku. Setelah itu engkau menundukkan kepala seakan-akan sedang menerima sesuatu yang diucapkan kepadamu." Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah kamu (yang tuna netra) dapat melihat hal tersebut?" Usman ibnu Maz'un menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda, "Aku baru saja kedatangan utusan Allah saat kamu sedang duduk." Usman Ibnu Maz'un bertanya, "Utusan Allah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Usman ibnu Maz'un bertanya, "Apa sajakah yang dia sampaikan kepadamu?" Rasulullah Saw. bersabda membacakan firman-Nya:Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat. Usman ibnu Maz'un mengatakan, "Yang demikian itu terjadi di saat iman­ku telah mantap dalam hatiku dan aku mulai mencintai Muhammad Saw."

Sanad hadis ini cukup baik, muttasil lagihasan, telah disebutkan di dalamnyasima'i secara muttasil. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Abdul Hamid ibnu Bahram secara ringkas.

Hadis lain mengenai hal tersebut berasal dari Usman ibnu Abul As As-Saqafi. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Harim, dari Lais, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Usman ibnu Abul As yang mengatakan, "Dahulu saya pernah duduk di hadapan Rasulullah Saw., tetapi tiba-tiba Rasulullah Saw. menatapkan pandangan matanya (ke arah langit). Setelah itu Rasulullah Saw. bersabda,'Jibril baru datang kepadaku, dan memerintahkan kepadaku agar meletakkan ayat berikut pada suatu tempat dari surat (An-Nahl) ini,' yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat."

Sanad hadis ini tidak ada celanya, dan barangkali hadis ini yang ada pada Syahr ibnu Hausyab diriwayatkan melalui dua jalur.

Copyright © 2016.Ciawi Tasikmalaya

Kompilasi Chm oleh : Abu Fath™

continue reading An-Nahl 90

An-Nahl 89


{وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلاءِ وَنزلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ (89) }

Dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami da­tangkan kamu(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

Allah Swt. berfirman kepada hamba dan rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw.:

{وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلاءِ}

Dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu(Muhammad) menjadi saksi atas mereka. (An-Nahl: 89)

Yakni atas umatmu.

Maksudnya, ingatlah kamu akan hari itu dan kengerian yang ada padanya serta kemuliaan yang besar dan kedudukan yang tinggi yang diberikan oleh Allah kepadamu pada hari itu.

Ayat ini mempunyai makna yang mirip dengan ayat yang sahabat Abdullah ibnu Mas'ud meng­hentikan bacaannya pada ayat tersebut. Ayat yang dimaksud adalah ayat surat An-Nisa, yaitu firman-Nya:

{فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاءِ شَهِيدًا}

Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu. (An-Nisa: 41)

Ketika bacaan sahabat Ibnu Mas'ud sampai pada ayat ini, Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, "Cukup," yakni hentikan bacaanmu. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa lalu ia berpaling melihat Rasulullah Saw., tiba-tiba ia melihat kedua mata Rasulullah Saw. mencucurkan air matanya.

*******************

Firman Allah Swt.:

{وَنزلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ}

Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab(Al-Qur'an) untuk men­jelaskan segala sesuatu. (An-Nahl: 89)

Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa telah dijelaskan kepada kita di dalam Al-Qur'an ini semua ilmu dan segala sesuatu.

Menurut Mujahid, telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an semua perkara halal dan haram.

Pendapat Ibnu Mas'ud lebih umum dan lebih mencakup, karena sesungguhnya Al-Qur'an itu mencakup semua ilmu yang bermanfaat, menyangkut berita yang terdahulu dan pengetahuan tentang masa mendatang. Disebutkan pula semua perkara halal dan haram, serta segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia dalam urusan dunia, agama, penghidupan, dan akhiratnya.

{وَهُدًى}

dan sebagai petunjuk. (An-Nahl: 89)

buat manusia yang berhati.

وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ}

serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An-Nahl: 89)

Al-Auza'i mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an)untuk men­jelaskan segala sesuatu. (An-Nahl: 89) Yang dimaksud dengan menjelaskan dalam ayat ini ialah menjelaskan  Al-Qur'an dengan Sunnah.

Segi kaitan yang terdapat antara firman Allah Swt. yang mengatakan: Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab. (An-Nahl: 89) dengan firman-Nya yang mengatakan: dan Kami datangkan kamu(Muhammad) menjadi saksi atas mereka. (An-Nahl: 89) Dimaksudkan —hanya Allah Yang Lebih Mengetahui— bahwa Tuhan yang mewajibkan atas kamu untuk menyampaikan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu, kelak Dia akan menanyakan hal tersebut pada hari kiamat.

{فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ}

Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai(pula) rasul-rasul (Kami). (Al-A'raf: 6)

{فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93)

{يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ قَالُوا لَا عِلْمَ لَنَا إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ}

(Ingatlah) hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka), "Apa jawaban kaum kalian terhadap (seruan) kalian?" Para rasul menjawab, "Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu);sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib." (Al-Maidah: 109)

Adapun Firman Allah Swt.:

{إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ}

Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu(melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85)

Maksudnya, sesungguhnya Tuhan yang telah mewajibkan atas kamu untuk menyampaikan Al-Qur'an benar-benar akan mengembalikan kamu kepada-Nya. Dia akan mengembalikan kamu pada hari kiamat dan akan menanyai kamu tentang penyampaian apa yang telah diwajibkan atas dirimu. Demikianlah menurut salah satu pendapat yang ada, dan pendapat ini menyampaikan alasan yang cukup baik.

Copyright © 2016.Ciawi Tasikmalaya

Kompilasi Chm oleh : Abu Fath™

continue reading An-Nahl 89

An-Nahl 84-88


{وَيَوْمَ نَبْعَثُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا ثُمَّ لَا يُؤْذَنُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَلا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ (84) وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ ظَلَمُوا الْعَذَابَ فَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ (85) وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ أَشْرَكُوا شُرَكَاءَهُمْ قَالُوا رَبَّنَا هَؤُلاءِ شُرَكَاؤُنَا الَّذِينَ كُنَّا نَدْعُوا مِنْ دُونِكَ فَأَلْقَوْا إِلَيْهِمُ الْقَوْلَ إِنَّكُمْ لَكَاذِبُونَ (86) وَأَلْقَوْا إِلَى اللَّهِ يَوْمَئِذٍ السَّلَمَ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (87) الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ (88) }

Dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kamibangkitkan dari tiap-tiap umat seorang saksi (rasul), kemudian tidak diizinkan kepada orang-orang yang kafir (untuk membela diri) dan tidak (pula) mereka dibolehkan meminta maaf. Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan azab, maka tidaklah diringankan azab bagi mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh. Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan (Allah) melihat sekutu-sekutu mereka, mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami sembah selain dari Engkau.” Lalu sekutu-sekutu mereka mengatakan kepada mereka, "Sesungguhnya kalian benar-benar orang-orang yang dusta.” Dan mereka menyatakan ketun-dukannya kepada Allah pada hari itu dan hilanglah dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan. Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.

Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang musyrik kelak di kala mereka dikembalikan di hari akhirat, dan bahwa Dia membangkitkan dari setiap umat seorang saksi —yakni nabi mereka— yang memper­saksikan terhadap mereka tentang sambutan mereka kepada apa yang telah dia sampaikan kepada mereka dari Allah Swt.

{ثُمَّ لَا يُؤْذَنُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا}

kemudian tidak diizinkan kepada orang-orang yang kafir. (An-Nahl: 84)

Artinya, mereka tidak diizinkan mengemukakan alasan dalam rangka pembelaan dirinya, karena mereka sendiri mengetahui kebatilan dan kedustaan alasannya. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ وَلا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ}

Ini adalah hari yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka meminta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur. (Al-Mursalat: 35-36)

Oleh karena itulah disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:

{وَلا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ ظَلَمُوا}

dan tidak (pula) mereka dibolehkan meminta maaf. Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan. (An-Nahl: 84-85)

Yakni orang-orang musyrik itu telah menyaksikan:

{الْعَذَابَ فَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ}

azab, maka tidaklah diringankan azab bagi mereka. (An-Nahl: 85)

Maksudnya, azab itu tiada putus-putusnya menimpa mereka dan tidak pernah berhenti barang sesaat pun.

{وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ}

dan tidak pula mereka diberi tangguh.(An-Nahl: 85)

Tiadalah azab ditangguhkan dari mereka, bahkan azab langsung mengambil mereka dari Mauqif (tempat mereka dihentikan) tanpa hisab lagi.

Sesungguhnya neraka Jahanam itu didatangkan dengan ditarik oleh tujuh puluh ribu kendali, pada tiap kendali terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang menyeretnya. Lalu muncullah salah satu leher neraka Jahanam kepada makhluk seraya mengeluarkan suara gemuruh, nyalanya sekali nyala, sehingga tiada seorang manusia pun melainkan pasti bersideku di atas kedua lututnya (karena sangat ketakutan). Kemudian neraka Jahanam berkata, "Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyik­sa setiap orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, yaitu orang-orang yang menjadikan tuhan lain di samping Allah," disebutkan pula macam-macam manusia lainnya, seperti yang disebutkan dalam hadis secara lengkapnya. Kemudian neraka Jahanam langsung menukik dan mengam­bil mereka dari Mauqif, sebagaimana burung mengambil (menyambar) biji-bijian.

Allah Swt. berfirman menggambarkan keadaan neraka Jahanam:

{إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَانًا ضَيِّقًا مُقَرَّنِينَ دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُورًا لَا تَدْعُوا الْيَوْمَ ثُبُورًا وَاحِدًا وَادْعُوا ثُبُورًا كَثِيرًا}

Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka), "Jangan kamu sekalian mengharap­kan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak.”(Al-Furqan: 12-14)

{وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا}

Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (Al-Kahfi: 53)

{لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ بَلْ تَأْتِيهِمْ بَغْتَةً فَتَبْهَتُهُمْ فَلا يَسْتَطِيعُونَ رَدَّهَا وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ}

Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui waktu (di mana) mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka, sedangkan mereka(tidak pula) mendapat pertolongan,(tentulah mereka tiada meminta dise­gerakan). Sebenarnya (azab) itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong, lalu membuat mereka menjadi panik, maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak(pula) mereka diberi tangguh. (Al-Anbiya: 39-40)

Kemudian Allah Swt. menceritakan tentang sikap berlepas diri tuhan-tuhan mereka dari perbuatan mereka di saat mereka sangat memerlukan sembahan-sembahan mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

{وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ أَشْرَكُوا شُرَكَاءَهُمْ}

Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan (Allah) melihat sekutu-sekutu mereka. (An-Nahl: 86)

Yakni apabila orang-orang yang menyembah berhala-berhala itu sewaktu di dunia melihat sembahan-sembahan mereka.

{قَالُوا رَبَّنَا هَؤُلَاءِ شُرَكَاؤُنَا الَّذِينَ كُنَّا نَدْعُو مِنْ دُونِكَ فَأَلْقَوْا إِلَيْهِمُ الْقَوْلَ إِنَّكُمْ لَكَاذِبُونَ}

Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami sembah selain dari Engkau.” Lalu sekutu-sekutu mereka mengatakan kepada mereka, "Sesungguhnya kalian benar-benar orang-orang yang dusta.”(An-Nahl: 86)

Yakni sembahan-sembahan mereka menjawab, "Kalian dusta, tiadalah kami perintahkan kalian untuk menyembah kami," seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperke­nankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (mem­perhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia (mereka) dikumpul­kan (pada hari kiamat) niscaya sembahan -sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. ( Al-Ahqaf: 5-6)

{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا}

Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka, sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan(pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi' musuh bagi mereka. (Maryam: 81-82)

Al-khali(yakni Nabi Ibrahim) mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ}

kemudian di hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian yang lain. (Al-'Ankabut: 25), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.: Dikatakan(kepada mereka), "Serulah oleh kalian sekutu-sekutu kalian." (Al-Qashash 64), hingga akhir ayat.

Ayat-ayat yang menjelaskan hal ini —yaitu pernyataan lepas diri dari para sekutu kepada para penyembahnya— cukup banyak.

*******************

Firman Allah Swt.:

{وَأَلْقَوْا إِلَى اللَّهِ يَوْمَئِذٍ السَّلَمَ}

Dan mereka menyatakan ketundakannya kepada Allah pada hari itu. (An-Nahl: 87)

Qatadah dan Ikrimah mengatakan bahwa mereka (sembahan-sembahan itu) menyatakan ketundukan dan penyerahan dirinya kepada Allah pada hari itu. Dengan kata lain, mereka semua tunduk kepada Allah, dan tiada seorang pun melainkan tunduk patuh kepada-Nya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا}

Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajam­nya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada kami. (Maryam: 38)

Artinya, pada hari itu pendengaran mereka sangat terang dan penglihatan mereka sangat tajam.

Dan Allah Swt. telah berfirman:

{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}

Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kalian melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata),"Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar." (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.

{وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ}

Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus(makhluk-Nya). (Thaha: 111)

Yakni tunduk, merasa hina, diam serta berserah diri.

*******************

Firman Allah Swt.:

{وَأَلْقَوْا إِلَى اللَّهِ يَوْمَئِذٍ السَّلَمَ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}

Dan mereka menyatakan ketundukannya kepada Allah pada hari itu dan hilanglah dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan. (An-Nahl: 87)

Maksudnya, surut dan lenyaplah semua sembahan yang mereka ada-adakan terhadap Allah. Maka tiada yang dapat menolong mereka, tiada yang dapat membantu mereka, dan tiada yang dapat melindungi mereka. Kemudian dalam firman selanjutnya Allah Swt. berfirman:

{الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ}

Orang-orang yang kafir dan menghalangi(manusia) dari jalan Allah. Kami tambahkan kepada mereka siksaan. (An-Nahl: 88), hingga akhir ayat.

Yakni azab atas kekafiran mereka dan azab karena menghalangi manusia dari mengikuti perkara yang hak, sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ}

Mereka melarang (orang lain)mendengarkan Al-Qur’an dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya. (Al-An'am : 26)

Mereka mencegah manusia dari mengikuti perkara yang hak, dan mereka sendiri menjauh dari perkara yang hak.

{وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ}

dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari. (Al-An'am: 26)

Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir itu berbeda-beda dalam menerima azabnya. Sebagaimana orang-orang mukmin, berbeda-beda tingkatannya di dalam surga, begitu pula derajat (kedudukan)nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:

{قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ}

Allah berfirman, ''Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kalian tidak mengetahui." (Al-A'raf: 38)

Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Suraij ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy. dari Abdullah ibnu Murrah, dari Masruq, dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya:Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan. (An-Nahl: 88) Mereka diberi siksaan tambahan, yaitu dengan kalajengking yang taring-taringnya sebesar pohon kurma yang tinggi.

Telah menceritakan pula kepada kami Suraij ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Al-Hasan, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan. (An-Nahl: 88) Bahwa siksaan tambahan itu diadakan di lima buah sungai yang terletak di bawah 'Arasy; pada sebagiannya mereka disiksa di malam hari, dan pada sebagian yang lainnya mereka disiksa di siang hari.

Copyright © 2016.Ciawi Tasikmalaya

Kompilasi Chm oleh : Abu Fath™

continue reading An-Nahl 84-88

An-Nahl 80-83


{وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ جُلُودِ الأنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ (80) وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلالا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ (81) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ الْمُبِينُ (82) يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ (83) }

Dan Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah(kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kalian merasa ringan(membawa)nya di waktu kalian berjalan dan waktu kalian bermukim dan(dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kalian pakai) sampai waktu (tertentu).Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagi kalian pakaian yang memelihara kalian dari panas dan pakaian (baju besi) yangmemelihara kalian dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian agar kalian berserah diri (kepada-Nya). Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu(Muhammad) hanyalah menyampaikan(amanat Allah) dengan terang. Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir.

Allah Swt. menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang serba lengkap kepada hamba-hamba-Nya, yaitu Dia menjadikan bagi mereka rumah-rumah tempat mereka menetap dan menutupi dirinya, serta mereka meng­gunakannya untuk berbagai manfaat dan kegunaan lainnya. Dia menjadikan bagi mereka kulit binatang ternak yang dapat digunakan sebagai kemah-kemah yang mereka merasa ringan membawanya dalam perjalanan, lalu mereka memasangnya bila hendak bermukim. Kemah-kemah itu dapat mereka gunakan sebagai tempat tinggal mereka, baik dalam perjalanan maupun di tempat tinggal mereka. Untuk itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ وَمِنْ أَصْوَافِهَا}

yang kalian merasa ringan(membawa)nya di waktu kalian berjalan dan waktu kalian bermukim dan(dijadikan-Nya pula) dari bulu domba.(An-Nahl: 80)

Istilah suf untuk bulu domba, aubaruntuk bulu unta, dan asy'ar untuk bulu kambing, sedangkan damir yang ada kembali kepada al-an'am (binatang ternak).

{أَثَاثًا}

alat-alat rumah tangga. (An-Nahl: 80)

Yakni kalian membuat darinya alat-alat rumah tangga, yang dimaksud ialah harta. Menurut pendapat lainnya perhiasan, dan menurut pendapat yang lainnya lagi adalah pakaian. Tetapi pendapat yang benar lebih umum daripada semuanya itu, karena sesungguhnya hal tersebut dapat dibuat menjadi permadani, pakaian, dan lain sebagainya, serta dapat dijadikan harta dengan memperjualbelikannya.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa asasartinya perhiasan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, Atiyyah Al-Aufi, Ata Al-Khurrasani, Ad-Dahhak, dan Qatadah.

*******************

Firman Allah Swt.:

{إِلَى حِينٍ}

sampai waktu (tertentu). (An-Nahl: 80)

Yakni sampai batas waktu yang tertentu.

Firman Allah Swt.:

{وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلالا}

Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan. (An-Nahl: 81)

Menurut Qatadah, makna yang dimaksud ialah pohon.

{وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا}

dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung. (An-Nahl: 81)

Yaitu benteng-benteng dan tempat-tempat peri indungan. Seperti juga yang disebutkan dalam firman selanjutnya:

{جَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ}

dan Dia jadikan bagi kalian pakaian yang memelihara kalian dari panas. (An-Nahl: 81)

Maksudnya, pakaian yang terbuat dari katun, kapas, dan bulu.

{وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ}

dan pakaian (baju besi) yang memelihara kalian dalam peperangan.(An-Nahl: 81)

Pakaian jenis ini adalah seperti baju besi, tameng, dan lain sebagainya yang digunakan untuk melindungi diri dalam peperangan.

{كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ}

Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian. (An-Nahl: 81)

Artinya, demikianlah Dia menjadikan bagi kalian apa yang dapat kalian jadikan sebagai sarana untuk urusan kalian, dan apa yang kalian perlukan agar hal tersebut dapat dijadikan sebagai sarana bagi kalian untuk mengerjakan ketaatan dan beribadah kepada-Nya.

{لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ}

agar kalian berserah diri (kepada-Nya). (An-Nahl: 81)

Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh jumhur ulama. Mereka membacanya dengan huruf lamyang di-kasrah-kan, yang berasal dari kata islam.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian. (An-Nahl: 81) Bahwa surat ini dinamakan surat An-Niam’

Abdullah ibnul Mubarak dan Abbad ibnul Awam telah meriwayatkan dari Hanzalah As-Sadusi, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas membacanya dengan bacaan tuslamunadengan huruf lam yang di-fathah-kan,yakni agar kalian selamat dari pelukaan. Abu Ubaid Al-Qasim ibnu Salam telah meriwayatkan asar ini dari Abbad. Ibnu Jarir mengetengahkannya dari dua jalur, dan ia menjawab qiraat ini.

Ata Al-Khurrasani mengatakan, sesungguhnya Al-Qur'an ini diturunkan hanya sebatas pengetahuan orang-orang Arab. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tidakkah engkau melihat firman Allah Swt. berikut: Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung. (An-Nahl: 81) Padahal lembah atau dataran rendah yang diciptakan oleh Allah Swt. jauh lebih luas dan lebih besar daripada pegunungan. Dikatakan demikian karena mereka (orang-orang Arab) adalah orang-orang pegunungan. Dan tidakkah engkau memperhatikan akan firman-Nya yang mengatakan: dan (dijadikan-Nya pula)dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing/alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kalian pakai) sampai waktu (tertentu). (An-Nahl: 80) Padahal apa yang dijadikan-Nya selain dari itu jauh lebih banyak dan lebih besar. Dikatakan demikian karena mereka (orang-orang Arab) adalah para pemakai bulu unta dan bulu kambing. Tidakkah engkau perhatikan firman Allah Swt. yang menyebutkan: dan Allah (juga)menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. (An-Nur: 43) Dikatakan demikian karena mereka merasa takjub dengan adanya butiran-butiran es, padahal salju yang diturunkan oleh Allah Swt. di luar Arab jauh lebih banyak dan lebih besar, tetapi mereka (orang-orang Arab) tidak mengetahuinya. Tidakkah engkau perhatikan firman Allah Swt. yang menyebutkan: pakaian yang memelihara kalian dari panas. (An-Nahl: 81) Padahal pakaian untuk melindungi diri dari kedinginan jauh lebih banyak, tetapi dikatakan demikian karena mereka adalah orang-orang sahara dan tinggal di daerah yang panas.

*******************

Firman Allah Swt.:

{فَإِنْ تَوَلَّوْا}

Jika mereka tetap berpaling. (An-Nah I: 82)

Yakni sesudah adanya keterangan ini dan penjelasan akan nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah, maka tiada tanggung jawab bagimu (Muhammad) atas perbuatan mereka.

{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ الْمُبِينُ}

maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu (Muhammad)hanyalah menyampaikan (amanat Allah)dengan terang. (An-Nahl: 82)

Dan sesungguhnya kamu telah menyampaikan tugasmu itu kepada mereka.

{يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا}

Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka meng­ingkarinya. (An-Nahl: 83)

Maksudnya, mereka mengetahui bahwa Allah-lah yang memberikan semuanya itu kepada mereka, dan Dialah yang mengaruniakannya kepada mereka. Tetapi sekalipun demikian, mereka mengingkari hal itu dan menyembah selain-Nya bersama Dia, dan mereka sandarkan pertolongan dan rezeki kepada selain-Nya.

{وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ}

dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. (An-Nahl: 83)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Mujahid, bahwa seorang Arab Badui datang kepada Nabi Saw., lalu berbicara dengan Nabi Saw. Maka Nabi Saw. membacakan kepadanya firman-Nya berikut ini: Dan Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal. (An-Nahl: 80) Maka orang Badui itu menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah Saw. membaca­kan lagi firman-Nya: dan Dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak. (An-Nahl: 80), hingga akhir ayat. Kemudian orang Badui itu menjawab, "Ya." Lalu Nabi Saw. membacakan lagi kepadanya ayat lain yang semuanya dia jawab dengan kalimat, "Ya." Hingga manakala Nabi Saw. membacakan firman-Nya:Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian agar kalian berserah diri (kepada-Nya). (An-Nahl: 81) Maka orang Badui itu berpaling pergi, dan Allah menurunkan firman-Nya:Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya. (An-Nahl: 83), hingga akhir ayat.

Copyright © 2016.Ciawi Tasikmalaya

Kompilasi Chm oleh : Abu Fath™

continue reading An-Nahl 80-83

An-Nahl 77-79

{وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (77) وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78) أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلا اللَّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (79) }

Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha­kuasa atas segala sesuatu. Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur. Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain dari Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.

Allah Swt. menyebutkan tentang pengetahuan dan kekuasaan-Nya Yang Mahasempurna atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang gaib yang ada di langit dan di bumi, dan hanya Allah-lah yang mempunyai pengetahuan tentang perkara gaib. Maka tiada seorang pun yang diberi-Nya ilmu gaib ini kecuali bila Allah menghendakinya untuk memperlihatkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Kekuasaan Allah Mahasempurna, tiada dapat ditentang dan tiada dapat dicegah. Dan bahwa Allah'itu apabila menghendaki sesuatu, Dia tinggal berfirman kepadanya, "Jadilah kamu!" Maka jadilah ia. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

{وَمَا أَمْرُنَا إِلا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ}

Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 50)

Dengan kata lain, apa yang dikehendaki-Nya akan terjadi dalam sekejap mata. Hal yang sama disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat ini, yaitu:

{وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}

Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi) Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (An-Nahl: 77)

Sama halnya dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari kubur) itu melainkan hanyalah seperti(menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28)

Kemudian Allah Swt. menyebutkan karunia-Nya yang telah Dia limpah­kan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu Dia mengeluarkan mereka dari perut ibu mereka dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Sesudah itu Allah memberinya pendengaran hingga ia dapat mendengar suara, penglihatan hingga ia dapat melihat, dan hati (yakni akal yang menurut pendapat yang sahih pusatnya berada di hati). Menurut pendapat yang lain adalah otak. Dengan akal itu manusia dapat membedakan di antara segala sesuatu, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya.

Kemampuan dan indera ini diperoleh oleh seseorang secara bertahap, yakni sedikit demi sedikit. Semakin besar seseorang, maka bertambah pula kemampuan pendengaran, penglihatan, dan akalnya hingga sampailah ia pada usia matang dan dewasanya.

Sesungguhnya Allah menjadikan kesemuanya dalam diri manusia agar manusia mampu melaksanakan penyembahan kepada Tuhannya. Maka dengan bantuan semua anggota tubuhnya dan kekuatan yang ada padanya ia dapat menjalankan amal ketaatan kepada Tuhannya, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahih Bukharimelalui sebuah hadis dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:

"يَقُولُ تَعَالَى: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ بَارَزَنِي بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِمِثْلِ أَدَاءِ مَا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أحبَّه، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأعطيته، وَلَئِنْ دَعَانِي لَأُجِيبَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَ بِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُ فِي شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي فِي قَبْضِ نَفْسِ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ، يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ، وَلَا بُدَّ لَهُ مِنْهُ"

Allah Swt. berfirman, "Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, berarti dia menantang perang dengan-Ku. Dan tiadalah hamba­Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai selain dari mengerjakan apa yang telah Aku fardukan (wajibkan)baginya. Hamba-Ku terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan mengerjakan amalan-amalan sunat hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Aku selalu bersama pendengaran yang dipakainya untuk mendengar, selalu bersama penglihatan yang dipakainya untuk melihat, selalu ber­sama tangan yang dipakainya untuk berbuat, dan selalu bersama kaki yang dipakainya untuk melangkah. Dan sesungguhnya jika dia meminta kepada-Ku, Aku benar-benar akan memberinya. Dan sesungguhnya jika dia berdoa kepada-Ku, Aku benar-benar akan memperkenankannya. Dan sesungguhnya jika dia meminta perlindungan kepada-Ku. Aku benar-benar akan melindunginya. Dan tidaklah Aku ragu-ragu terhadap sesuatu yang akan Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku dalam mencabut nyawa hamba­Ku yang mukmin. Dia tidak suka mati dan Aku tidak suka menyakitinya, tetapi maut merupakan suatu keharusan baginya.”

Makna hadis di atas menunjukkan bahwa seorang hamba apabila ikhlas dalam ketaatannya terhadap Allah; maka semua perbuatannya hanyalah karena Allah Swt. Untuk itu tiadalah dia mendengar kecuali karena Allah, tiadalah dia melihat kecuali karena Allah, yakni apa yang diperintahkan oleh Allah untuknya. Dan tiadalah dia berbuat dan tiadalah dia melangkah melainkan dalam ketaatan kepada Allah Swt. seraya meminta pertolongan kepada Allah dalam mengerjakan kesemuanya itu.

Dalam riwayat lain yang berada di dalam kitab selain kitab sahih sesudah kalimat "dan selalu bersama kaki yang dipakainya untuk melangkah" disebutkan hal berikut:

"فَبِي يَسْمَعُ، وَبِي يُبْصِرُ، وَبِي يَبْطِشُ، وَبِي يَمْشِي"

Maka beserta Akulah dia mendengar, beserta Akulah dia melihat, dan beserta Akulah dia melangkah (berjalan).

*******************

Firman Allah Swt. yang mengatakan:

{وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}

Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur. (An-Nahl: 78)

Sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الأرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ}

Katakanlah, "Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati.”(Tetapi) amat sedikit kalian bersyukur. Katakanlah, "Dialah Yang menjadikan kalian berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kalian kelak dikumpulkan.” (Al-Mulk: 23-24)

Selanjutnya Allah Swt. mengingatkan hamba-hamba-Nya agar melihat burung yang telah ditundukkan berada di antara langit dan bumi. Bagaimana Allah menjadikannya dapat terbang dengan kedua sayapnya di antara langit dan bumi, mengudara di angkasa. Tiada yang menahannya di udara kecuali Allah Swt. yang dengan kekuasaan-Nya Dia membekali burung-burung itu dengan kekuatan yang dapat membuatnya berbuat demikian, dan Allah menundukkan udara untuk dapat membawanya terbang di udara. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

{أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلا الرَّحْمَنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ}

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Mahamelihat segala sesuatu. (Al-Mulk: 19)

Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl: 79)

Copyright © 2016.Ciawi Tasikmalaya

Kompilasi Chm oleh : Abu Fath™

continue reading An-Nahl 77-79