Rabu, 20 Mei 2015

Yunus, ayat 108-109

{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ (108) وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ (109) }
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian kebenaran (Al-Qur'an) dari Tuhan kalian. Oleh sebab itu, barang siapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu untuk kecelakaan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap diri kalian.” Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mencerita­kan kepada manusia bahwa apa yang ia sampaikan kepada mereka dari sisi Allah adalah benar, tiada keraguan dan tiada kebimbangan di dalamnya. Maka barang siapa yang mendapat petunjuk dengannya dan mengikutinya, maka sesungguhnya manfaat dari perbuatannya itu akan dipetik oleh dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat darinya, maka sesungguhnya kemudaratan dan akibatnya hanyalah akan menimpa dirinya sendiri.
{وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ}
Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap diri kalian. (Yunus: 108)
Artinya, aku bukanlah seorang yang ditugaskan untuk menjaga kalian agar kalian beriman. Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan kepada kalian, sedangkan yang memberi hidayah (petunjuk) hanyalah Allah.
Firman Allah Swt.:
{وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ}
Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dan bersabarlah. (Yunus: 109)
Yakni berpeganglah kamu kepada apa yang diturunkan Allah kepadamu dan yang telah diwahyukan kepadamu, serta bersabarlah dalam menghadapi manusia yang menentangmu.
{حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ}
hingga Allah memberi keputusan. (Yunus: 109)
Maksudnya, semoga Allah memberikan jalan keluar antara kamu dan mereka.
{وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ}
dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Yunus: 109)

Yaitu sebaik-baik pemberi jalan keluar, berkat keadilan dan kebijaksanaan-Nya.
continue reading Yunus, ayat 108-109

Yunus, ayat 104-107

{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي شَكٍّ مِنْ دِينِي فَلا أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللَّهَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (104) وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (105) وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (106) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (107) }
Katakanlah, "Hai manusia, jika kalian masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kalian sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kalian dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman, " dan (aku telah diperintah), "Hadap­kanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah meng­hendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Saw., "Katakanlah, 'Hai manusia, jika kalian masih meragukan tentang kebenaran apa yang aku sampaikan kepada kalian, yaitu agama yang lurus ini, yang diwahyukan Allah kepadaku, maka aku tidak akan menyembah yang kalian sembah selain Allah, tetapi aku hanya menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah Yang mematikan dan yang menghidupkan kalian, kemudian kepada-Nya­lah kalian dikembalikan. Jika sembahan-sembahan yang kalian seru selain Allah itu adalah benar, maka serulah dia agar menimpakan mudarat (bahaya) kepadaku. Pastilah ia tidak dapat menimpakan mudarat, tidak pula manfaat. Karena sesungguhnya yang dapat menimpakan mudarat dan memberi manfaat adalah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku diperintahkan agar termasuk orang-orang yang beriman'."
Firman Allah Swt.:
{وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا }
dan (aku telah diperintah), "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas.” (Yunus: 105)
Maksudnya, ikhlaslah dalam beribadah, ikhlaskanlah ibadahmu hanya kepada Allah semata dengan hati yang menyimpang dari kemusyrikan. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. (Yunus: 105)
Ayat ini di-ataf-kan kepada firman-Nya:
{وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
dan aku diperintahkan supaya termasuk orang-orang yang beriman. (Yunus: 104)
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ}
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan. (Yunus: 107), hingga akhir ayat.
Di dalam ayat ini terkandung makna yang menjelaskan bahwa kebaikan dan keburukan serta manfaat dan mudarat itu hanyalah bersumber dari Allah Swt. semata, tiada seorang pun yang menyekutui-Nya dalam hal ini. Dialah yang berhak disembah, tiada sekutu bagi-Nya.
Al-Hafiz ibnu Asakir di dalam biografi Dafwan ibnu Sulaim telah meriwayatkan melalui jalur Abdullah ibnu Wahb bahwa:
أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ عِيسَى بْنِ مُوسَى، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قَالَ: "اطْلُبُوا الْخَيْرَ دَهْرَكُمْ كُلَّهُ، وَتَعَرَّضُوا لِنَفَحَاتِ رَحْمَةِ اللَّهِ، فَإِنَّ لِلَّهِ نَفَحَاتٍ مِنْ رَحِمَتِهِ، يُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَاسْأَلُوهُ أَنْ يَسْتُرَ عَوْرَاتِكُمْ، وَيُؤَمِّنَ رَوْعَاتِكُمْ"
telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Ayyub, dari Isa ibnu Musa, dari Safwan ibnu Sulaim, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Carilah kebaikan sepanjang masa kalian, dan carilah karunia-karunia Tuhan kalian, karena sesungguhnya Allah mempunyai karunia-karunia dari sebagian rahmat-Nya yang dapat diperoleh oleh siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan hamba-hamba-Nya. Dan mintalah kalian kepada-Nya, mudah-mudahan aurat kalian ditutupi dan diamankan dari rasa takut.
Kemudian Ibnu Asakir meriwayatkannya lagi melalui jalur Al-Lais, dari Isa ibnu Musa, dari Safwan (seorang lelaki dari kalangan Asyja'), dari Abu Hurairah secara marfu' dengan lafaz yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}
Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Yunus: 107)
Yakni kepada orang yang bertobat kepada-Nya dari segala dosa, sekalipun dari dosa mempersekutukan Allah; jika ia bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya.
continue reading Yunus, ayat 104-107

Yunus, ayat 101-103

{قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ (101) فَهَلْ يَنْتَظِرُونَ إِلا مِثْلَ أَيَّامِ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِهِمْ قُلْ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (102) ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ (103) }
Katakanlah, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.”Mereka tidak menunggu-nunggu kecuali (kejadian-kejadian) yang sama dengan kejadian-kejadian (yang menimpa) orang-orang yang telah terdahulu sebelum mereka. Katakanlah, "Maka tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu bersama kalian.” Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.
Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya untuk merenung­kan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan semua makhluk yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, yang semuanya itu mengandung tanda-tanda yang jelas yang menunjukkan akan kekuasaan Allah Yang Mahabesar bagi orang-orang yang berakal.
Makhluk Allah yang ada di langit antara lain ialah bintang-bintang yang bersinar terang —ada yang tetap dan ada yang beredar—, juga matahari serta rembulan, adanya siang dan malam yang keduanya silih berganti. Salah satunya masuk kepada yang lain hingga menjadi panjang waktunya, sedangkan yang lainnya menjadi pendek waktunya; demikian pula sebaliknya.
Langit yang tinggi dan luas serta keindahannya dan semua hiasan yang ada padanya adalah makhluk Allah pula. Allah menurunkan hujan dari langit, dengan hujan itu Allah menghidupkan bumi sesudah matinya; dan dikeluarkan-Nya dari bumi berbagai macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan yang menghasilkan biji-bijian dan buah-buahan serta bunga-bunga yang beraneka ragam warnanya. Dan Allah menyebarkan di bumi berbagai macam hewan dan ternak yang beraneka ragam bentuk, warna dan kegunaannya. Di bumi terdapat gunung-gunung yang menjulang tinggi, dataran-dataran yang luas menghampar, padang-padang sahara, hutan belantara, dan daerah-daerah yang layak untuk dihuni.
Begitu pula di laut dengan ombaknya, di dalamnya terkandung banyak hal yang menakjubkan. Sekalipun demikian, laut ditundukkan oleh Allah dan dimudahkan sehingga dapat ditempuh oleh bahtera. Laut membawa kapal-kapal dan perahu-perahu berlayar dengan lembutnya berkat kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa yang telah menundukkannya. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb selain Dia.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang mem­beri peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (Yunus: l01)
Aninya, apakah lagi yang dapat memberikan manfaat kepada kaum yang tidak beriman sesudah adanya tanda-tanda kekuasaan Allah yang di langit dan di bumi, serta rasul-rasul yang datang membawa ayat-ayat-Nya. hujah-hujah-Nya, dan bukti-bukti dari-Nya yang menunjukkan kebenaran apa yang disampaikan oleh rasul-rasul itu? Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. (Yunus: 96)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَهَلْ يَنْتَظِرُونَ إِلا مِثْلَ أَيَّامِ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِهِمْ}
Mereka tidak menunggu-nunggu kecuali (kejadian-kejadian) yang sama dengan kejadian-kejadian (yang menimpa) orang-orang yang telah terdahulu sebelum mereka. (Yunus: 102)
Yakni tidaklah mereka yang mendustakanmu, hai Muhammad, me­nunggu pembalasan dan azab, melainkan seperti apa yang telah diberlakukan Allah terhadap orang-orang yang sebelum mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya.
{قُلْ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا}
Katakanlah, "Maka tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu bersama kalian." Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman. (Yunus: 102-103)
Artinya, Kami binasakan orang-orang yang mendustakan rasul-rasul itu.
{كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ}
demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (Yunus: 103)
Yaitu suatu keharusan yang ditetapkan oleh Allah atas diri-Nya sendiri Yang Mahamulia. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. (Al-An'am: 54)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ كِتَابًا فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي"
Sesungguhnya Allah telah menulis suatu kitab yang ada di sisi-Nya di atas 'Arasy, bahwa sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka­Ku.
Menurut salinan Makkiyyah disebutkan, "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku."
continue reading Yunus, ayat 101-103

Yunus, ayat 99-100

{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (99) وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ (100) }
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ}
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki. (Yunus: 99)
hai Muhammad, niscaya Dia mengizinkan seluruh penduduk bumi untuk beriman kepada apa yang disampaikan olehmu kepada mereka, lalu me­reka beriman semuanya. Akan tetapi, hanya Allah-lah yang mengetahui hikmah dalam semua apa yang dilakukan-Nya. Pengertiannya semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ}
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (Hud: 118-119)
{أَفَلَمْ يَيْأَسِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا}
Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. (Ar-Ra'd: 31)
Karena itulah dalam ayat (surat) ini disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ}
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia. (Yunus: 99)
Yakni kamu paksa dan kamu tindas mereka.
{حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (Yunus: 99)
Tidak ada hak bagimu melakukan hal itu, dan hal itu bukanlah diserahkan kepadamu melainkan hanya kepada Allah.
Sama halnya dengan firman-firman Allah Swt. berikut ini:
{يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}
Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. (Fathir: 8)
{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272)
{لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}
Boleh jadi kamu (Muhammad) membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara: 3)
{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ}
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu sukai. (Al-Qashash: 56)
{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}
karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40)
{فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصيْطِرٍ}
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan, kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Gasyiyah: 21-22)
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah Swt. Maha Memperbuat segala apa yang dikehendaki-Nya, Yang menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, disebabkan pengetahuan, hikmah, dan keadilan-Nya.
{وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ}
Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan. (Yunus: 100)
Yang dimaksud dengan ar-raijs ialah kerusakan dan kesesatan.
{عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ}
kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (Yunus: 100)
Yakni tidak mempergunakan akalnya untuk memikirkan hujah-hujah dan dalil-dalil Allah. Allah Mahaadil dalam melakukan hal tersebut, yaitu dalam memberi petunjuk kepada orang yang ditunjuki-Nya dan menyesatkan orang yang disesatkan-Nya.
continue reading Yunus, ayat 99-100

Yunus, ayat 98

{فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (98) }
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus. Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.
Allah Swt. berfirman, "Mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang seluruhnya beriman dari kalangan umat-umat terdahulu yang Kami kirimkan kepada mereka rasul-rasul Kami? Bahkan tidak sekali-kali Kami mengutus seorang rasul sebelum kamu, hai Muhammad, melainkan ia didustakan oleh kaumnya atau oleh kebanyakan dari mereka." Hal ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
{يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin: 30)
{كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ}
Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, "Ia itu adalah seorang tukang sihir atau orang gila." (Adz-Dzariyat: 52)
{وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ}
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Az-Zukhruf: 23)
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"عُرِضَ عَلَيَّ الْأَنْبِيَاءُ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ يَمُرُّ وَمَعَهُ الْفِئَامُ مِنَ النَّاسِ، وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلُ وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلَانِ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ"
Ditampilkan kepadaku para nabi. Maka ada seorang nabi yang lewat dengan ditemani oleh beberapa golongan orang, dan ada seorang nabi yang lewat hanya bersama seorang saja, ada pula seorang nabi yang hanya ditemani oleh dua orang, serta ada seorang nabi (yang lewat) tanpa ditemani oleh seorang pun.
Kemudian Nabi Saw. menyebutkan pengikut Nabi Musa a.s. yang cukup banyak. Nabi Saw. menyebutkan pula jumlah umatnya yang jauh lebih banyak sehingga karena banyaknya itu maka cakrawala timur dan barat penuh dengan umatnya.
Makna yang dimaksud ialah 'tidak ada suatu penduduk kota pun yang seluruhnya beriman kepada nabi mereka dari kalangan umat terdahulu kecuali umat Nabi Yunus'. Mereka adalah penduduk negeri Nainawi, tiadalah iman mereka kecuali karena takut akan tertimpa azab yang telah diperingatkan kepada mereka oleh rasul mereka, sesudah mereka melihat adanya tanda-tanda kedatangan azab itu, sedangkan rasul mereka telah pergi meninggalkan mereka.
Pada mulanya mereka menentang Allah, lalu mereka sadar, maka mereka meminta pertolongan kepada Allah seraya merendahkan diri kepada-Nya. Mereka melakukannya dengan membawa semua anak kecil mereka, hewan-hewan kendaraan, serta ternak mereka. Lalu mereka meminta kepada Allah agar azab dilenyapkan dari mereka, yakni azab yang pernah diperingatkan oleh nabi mereka. Maka pada saat itu Allah mengasihani mereka, melenyapkan azab yang akan diturunkan-Nya kepada mereka, dan menangguhkan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
selain kaum Yunus, tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)
Ulama tafsir berbeda pendapat, apakah azab di akhirat dihilangkan pula dari mereka bersamaan dengan azab dunia, ataukah yang dihilangkan dari mereka hanyalah azab dunia saja? Ada dua pendapat mengenainya:
Pertama, sesungguhnya yang dilenyapkan dari mereka hanyalah azab dunia, sesuai dengan apa yang disebutkan oleh ayat ini.
Kedua, yang dilenyapkan adalah azab di dunia dan di akhirat; karena berdasarkan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. (Ash-Shaffat: 147-148)
Dalam ayat ini lafaz iman disebutkan secara mutlak tanpa ikatan, sedangkan iman itu dapat menyelamatkan seseorang dari azab ukhrawi; hal ini jelas.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Qatadah mengatakan bahwa tidak bermanfaat penduduk suatu kota yang tadiny'a kafir lalu beriman, jika azab telah datang, lalu mereka dibiarkan, kecuali kaum Yunus. Mereka kehilangan Nabinya, dan mereka menduga bahwa azab telah dekat akan menimpa mereka. Lalu Allah menanamkan ke dalam hati mereka iman yang mendorong mereka untuk bertobat. Maka mereka memakai pakaian lusuh, lalu memisahkan antara ternak mereka dengan anak-anaknya, kemudian menggiringnya (ke suatu tanah lapang) untuk bertobat kepada Allah selama empat puluh hari.
Ketika Allah melihat kesungguhan dan kebenaran tobat serta penyesalan dalam hati mereka atas semua dosa yang telah mereka lakukan di masa sebelumnya, maka Allah menghilangkan azab dari mereka, padahal azab telah dekat akan menimpa mereka.
Qatadah mengatakan bahwa menurut suatu riwayat, kaum Nabi Yunus bertempat di kota Nainawi yang terletak di negeri Mausul. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf yang bukan hanya seorang.
Disebutkan pula bahwa Ibnu Mas'ud membaca ayat ini dengan bacaan berikut: Fahalla kanat qaryatun amanat (Mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman?).
Abu Imran telah meriwayatkan dari Abul Jalad yang mengatakan bahwa ketika azab akan turun kepada mereka (kaum Nabi Yunus), azab itu berputar di atas kepala mereka seperti awan yang sangat gelap. Lalu mereka pergi menemui seorang ulama dari kalangan mereka, dan mereka berkata, "Ajarkanlah kepada kami suatu doa yang akan kami panjatkan. Mudah-mudahan Allah menghilangkan azab ini dari kita." Maka ulama itu menjawab:
يَا حَيُّ حِينَ لَا حَيَّ، يَا مُحْيِي الْمَوْتَى لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ.
Ucapkanlah, "Hai Yang Mahahidup di saat tiada yang hidup, hai Yang Mahahidup Yang menghidupkan orang-orang yang mati, hai Yang Mahahidup, tidak ada Tuhan selain Engkau.
Maka Allah menghilangkan azab itu dari mereka. Kisah ini selengkapnya akan disebutkan secara rinci di dalam tafsir surat Ash-Shaffat.
continue reading Yunus, ayat 98

Yunus, ayat 94-97

{فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ مِمَّا أَنزلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (94) وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ فَتَكُونَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (95) إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96) وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ (97) }
Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu. Karena itu, janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Dan sekali-kali janganlah kamu termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang rugi. Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.
Qatadah ibnu Di'amah mengatakan bahwa telah sampai kepada kami suatu berita yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.telah bersabda:
"لَا أَشُكُّ وَلَا أَسْأَلُ"
Aku tidak pernah merasa ragu dan tidak pernah (pula) bertanya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, dan Al-Hasan Al-Basri.
Di dalam ayat ini terkandung makna penegasan kepada umat Nabi Saw. dan sekaligus sebagai pemberitahuan kepada mereka bahwa sifat Nabi mereka terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu yang ada di tangan ahli kitab, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ} الْآيَةَ
(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul. Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka. (Al-A'raf: 157), hingga akhir ayat.
Sekalipun dengan adanya pengetahuan yang telah mereka ketahui dari kitab-kitab mereka, sehingga mereka mengenal Nabi Saw. (ciri-cirinya) sebagaimana mereka mengenali anak-anaknya sendiri, tetapi mereka memalsukan hal itu dan mereka mengubah serta menggantinya. Dan mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad Saw., sekalipun hujah telah jelas bagi mereka. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)
Artinya, tidak sekali-kali mereka beriman dengan keimanan yang bermanfaat bagi diri mereka, melainkan iman mereka baru muncul di saat tiada manfaatnya lagi iman bagi diri seseorang. Seperti yang pernah didoakan oleh Nabi Musa a.s. untuk kebinasaan Fir aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Hal ini disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Ya Tuhan kami. binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. (Yunus: 88)
Allah Swt. telah berfirman pula dalam ayat yang lain:
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu kehadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-An'am: 111)
continue reading Yunus, ayat 94-97

Yunus, ayat 93

{وَلَقَدْ بَوَّأْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مُبَوَّأَ صِدْقٍ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ فَمَا اخْتَلَفُوا حَتَّى جَاءَهُمُ الْعِلْمُ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (93) }
Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.
Allah Swt. menceritakan perihal nikmat-Nya yang telah Dia limpahkan kepada kaum Bani Israil, yaitu nikmat agama dan duniawi. Firman Allah Swt. yang mengatakan:
{مُبَوَّأَ صِدْقٍ}
di tempat kediaman yang bagus (Yunus- : 93)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah kota-kota di negeri Mesir dan negeri Syam yang terletak di sekitar Baitul Maqdis dan kawasan sekelilingnya. Karena sesungguhnya Allah Swt. setelah membinasakan Fir'aun dan bala tentaranya, maka kekuasaan negeri-negeri Mesir seluruhnya berada di tangan Nabi Musa, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ}
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu negeri-negeri bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (Al-A'raf: 137)
{فَأَخْرَجْنَاهُمْ مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ وَكُنُوزٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Maka Kami keluarkan Fir’aun dan kaum-kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. (Asy-Syu'ara: 57-59)
كَمْ تَرَكُوا مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ
Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan. (Ad-Dukhan: 25), hingga beberapa ayat berikutnya
Akan tetapi, mereka bersama Musa a.s. terus berjalan mencari Baitul Muqaddas yang merupakan negeri Nabi Ibrahim Al-Khalil a.s. Mereka terus mengikuti Nabi Musa yang mencari Baitul Maqdis yang saat itu telah diduduki oleh suatu kaum dari bangsa 'Amaliqah.
Bani Israil surut mundur, tidak mau berperang melawan mereka. Maka Allah menyesatkan kaum Bani Israil di Padang Tih selama empat puluh tahun. Dalam masa itu Harun meninggal dunia, kemudian disusul oleh Nabi Musa a.s.
Setelah keduanya wafat, mereka berhasil keluar dari Padang Tih itu bersama Yusya' ibnu Nun. dan Allah membukakan bagi mereka Baitul Muqaddas. Sejak saat itu kekuasaan Baitul Muqaddas berada di tangan mereka sampai direbut oleh Bukhtansar selama beberapa masa, tetapi pada akhirnya dapat direbut kembali oleh Bani Israil.
Sesudah itu negeri Baitul Muqaddas direbut oleh raja-raja Yunani, dan mereka menguasainya dalam kurun waktu yang cukup lama. Di masa itulah Allah Swt. mengutus Nabi Isa ibnu Maryam a.s. Maka orang-orang Yahudi —semoga Allah melaknat mereka— meminta bantuan kepada raja-raja Yunani itu untuk memusuhi Isa a.s.; saat itu orang-orang Yahudi berada di bawah kekuasaan mereka.
Orang-orang Yahudi melancarkan hasutannya terhadap Isa a.s. di hadapan raja-raja Yunani dan mengatakan kepada mereka bahwa Isa telah mengadakan pergerakan yang membuat rakyat kerajaan menjadi rusak. Maka raja-raja Yunani mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap Isa a.s.
Lalu Allah Swt. mengangkat Isa kepada-Nya dan menyerupakan salah seorang dari kaum Hawariyin dengannya di mata mereka atas kehendak dan kekuasaan Allah Swt. Kemudian mereka menangkap orang yang serupa dengan Isa itu dan menyalibnya, mereka menduga bahwa dia adalah Isa.
{وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا}
mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (An-Nisa:157-158)
Tiga ratus tahun kemudian sesudah Isa a.s. masuklah Konstantin, salah seorang raja Yunani, ke dalam agama Nasrani. Dia adalah seorang filosof sebelum itu. Menurut suatu pendapat, ia masuk ke dalam agama Nasrani karena taqiyyah (diplomasi): dan menurut pendapat yang lainnya lagi sebagai tipu muslihat untuk merusak agama dari dalam.
Maka para uskup dari kalangan mereka membuat undang-undang dan syariat-syariat dalam agama Nasrani untuknya yang mereka buat-buat dan ada-adakan sendiri. Dan Raja Konstantin membuatkan untuk mereka gereja-gereja, biara-biara yang besar dan yang kecil, serta patung-patung dan tempat-tempat peribadatan Nasrani. Di masa itu agama Nasrani mengalami kemajuan yang pesat; dan terkenal dengan adanya penggantian, perubahan, penyimpangan yang banyak, serta kedustaan sehingga bertentangan dengan agama Al-Masih yang asli.
Tiada seorang pun dari kalangan Bani Israil yang bertahan pada agama Al-Masih yang asli, kecuali sedikit orang dari kalangan para rahib yang memencilkan dirinya di padang sahara dan tempat-tempat yang jauh dari keramaian dengan rumah-rumah peribadatan mereka.
Agama Nasrani menguasai negeri Syam, sebagian dari Jazirah Arab, dan negeri-negeri Romawi. Raja Konstantin membangun sebuah kota besar yang diberi nama Konstantinopel, lalu Qumamah, Bait Lahm, dan berbagai gereja di Baitul Maqdis dan kota-kota di Hauran. seperti kota Basra dan lain-lainnya; bangunan-bangunan yang didirikannya itu cukup megah dan kuat. Sejak saat itulah salib mulai disembah, dan mereka sembahyang dengan menghadap ke arah timur, lalu mereka menggambar semua gereja, menghalalkan daging babi, dan lain-lainnya yang mereka buat-buat dalam agama mereka, baik yang menyangkut masalah cabang maupun pokoknya. Mereka juga membuat amanat yang kecil untuk sang raja, lalu mereka menamakannya dengan amanat yang besar dan membuat untuknya banyak undang-undang; keterangan mengenai hal ini cukup panjang.
Kekuasaan mereka masih tetap bercokol di negeri-negeri tersebut hingga negeri-negeri itu berhasil direbut dari tangan mereka oleh para sahabat Nabi Muhammad Saw. Dan kota Baitul Maqdis berhasil ditaklukkan oleh Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab r.a.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ}
Dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik. (Yunus: 93)
Yakni rezeki yang halal lagi baik, bermanfaat serta dinilai baik untuk keperluan tubuh dan agama.
Firman Allah Swt.:
{فَمَا اخْتَلَفُوا حَتَّى جَاءَهُمُ الْعِلْمُ}
Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang Kepada mereka pengetahuan (yang tersebut di dalam Taurat). (Yunus: 93)
Maksudnya, tidaklah mereka berselisih dalam sesuatu masalah melainkan setelah mereka mendapat pengetahuan. Dengan kata lain. sebenarnya mereka tidak usah berselisih pendapat karena Allah telah menjelaskan kepada mereka dan menghapuskan dari mereka semua kekeliruan. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
أَنَّ الْيَهُودَ اخْتَلَفُوا عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَأَنَّ النَّصَارَى اخْتَلَفُوا عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، مِنْهَا وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ. قِيلَ: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي"
Bahwa orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, dan orang-orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umat ini kelak akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, salah satu golongan darinya masuk surga, sedangkan yang tujuh puluh dua golongan masuk ke dalam neraka. Ditanyakan kepada Rasulullah, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Tuntunan yang dijalankan olehku dan sahabat-sahabatku.
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya meriwayatkannya dengan lafaz yang sama, dan hadis ini terdapat pula di dalam kitab-kitab Sunnah dan kitab-kitab Musnad. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ}
Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka. (Yunus: 93)
Yakni akan memutuskan peradilan di antara mereka.
{يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}
di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (Yunus: 93)
continue reading Yunus, ayat 93

Yunus, ayat 90-92

{وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ (90) آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91) فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92) }
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.
Allah Swt. menceritakan tentang penenggelaman Fir'aun bersama bala tentaranya. Sesungguhnya orang-orang Bani Israil ketika pergi meninggalkan negeri Mesir mengiringi Nabi Musa a.s.. jumlah mereka —menurut suatu pendapat— ada enam ratus ribu orang selain keluarga mereka. Sebelum itu mereka pernah meminjam dari orang-orang Qibti (Egypt) banyak perhiasan emas yang belum sempat mereka kembalikan kepada para pemiliknya, akhirnya perhiasan itu dibawa oleh mereka.
Mendengar berita kepergian mereka, kemarahan Fir'aun semakin menjadi-jadi terhadap kaum Bani Israil. Maka ia mengirimkan banyak utusannya untuk mengumpulkan bala tentaranya dari berbagai kota besar yang berada di bawah kekuasaannya. Lalu ia menaiki kendaraannya dan pergi mengejar kaum Bani Israil, diikuti oleh pasukan yang sangat besar jumlahnya, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. terhadap mereka. Tidak ada seorang pun yang tertinggal dari Fir'aun, termasuk kalangan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan di berbagai wilayah kerajaannya.
Fir'aun bersama bala tentaranya akhirnya berhasil mengejar kaum Bani Israil di waktu matahari terbit. Disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ}
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” (Asy-Syuara: 61)
Demikian itu terjadi setelah kaum Bani Israil sampai di tepi laut. sedangkan Fir'aun dan pasukannya berada di belakang mereka; dan tiada jalan lain bagi kedua belah pihak melainkan hanya berperang.
Pengikut-pengikut Nabi Musa a.s. mendesaknya untuk mencari jalan selamat dari kejaran mereka. Maka Nabi Musa a.s. menjawab bahwa ia diperintahkan oleh Allah untuk menempuh jalan itu.
{كَلا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ}
Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. (Asy-Syu'ara: 62)
Bilamana dalam keadaan terjepit, maka jalan keluar menjadi luas. Allah memerintahkan kepada Nabi Musa untuk memukul laut yang ada di hadapannya dengan tongkatnya. Maka Musa memukul laut itu dengan tongkatnya, dan laut itu pun terbelah. Tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar, semuanya ada dua belas belahan, sehingga tiap-tiap sibt (kabilah) Bani Israil menempuh satu jalan darinya. Dan Allah memerintahkan kepada angin untuk bertiup sehingga mengeringkan tanahnya.
{فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلا تَخْشَى}
maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah takut akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam). (Thaha: 77)
Sepanjang jalan air itu berlubang seperti jendela agar masing-masing kaum dapat melihat kaum lainnya dan agar mereka jangan menduga bahwa teman mereka binasa. Akhirnya kaum Bani Israil dapat melewati laut itu dengan selamat.
Setelah mereka sampai di tepi yang lainnya tanpa ada yang ketinggalan, maka Fir'aun dan bala tentaranya baru sampai ke tepi laut dari arah yang berlawanan. Saat itu Fir'aun bersama seratus ribu pasukan berkuda dan pasukan lainnya yang beraneka ragam.
Ketika melihat laut terbelah, ia merasa ngeri dan surut serta berniat akan kembali bersama pasukannya. Akan tetapi, hal itu tidak mungkin terjadi, tiada jalan untuk menghindar dari takdir yang telah dipastikan. Doa Nabi Musa telah diperkenankan, akhirnya datanglah Malaikat Jibril a.s. seraya menunggang kudanya yang menarik, lalu kuda Malaikat Jibril lewat di dekat (di samping) kuda Fir'aun dan merayunya. Kemudian Malaikat Jibril langsung masuk ke jalan laut itu, maka semua kuda yang ada di belakangnya ikut memasuki laut itu menyusulnya.
Fir'aun tidak dapat berbuat apa-apa, maka ia memberikan semangat kepada pembesar-pembesar kaumnya, "Bani Israil bukanlah orang-orang yang lebih berhak untuk menempuh laut ini daripada kita." Maka semuanya masuk ke dalam laut, dan Malaikat Mikail berada di belakang mereka menggiring semuanya tanpa ada seorang pun yang dibiarkannya melainkan ikut menyusul teman-temannya.
Setelah semua pasukan berada di dalam laut tanpa ada yang ketinggalan, dan yang terdepan dari seluruh rombongan mereka hampir sampai di tepi laut yang lainnya, maka Allah Yang Mahakuasa memerin­tahkan kepada laut agar menutup dan menelan mereka. Maka laut menelan mereka semuanya tanpa ada seorang pun dari mereka yang selamat. Ombak laut mengombang-ambingkan mereka, mencampakkan dan membantingnya, menelan Fir'aun dan mengungkungnya sehingga Fir'aun menghadapi sakaratul maut. Maka pada saat itu juga Fir'aun berkata, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Yunus: 90)
Fir'aun baru beriman di saat iman tiada manfaatnya lagi baginya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ}
Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami mempersekutukan(nya) dengan Allah.” Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 84-85)
Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam menjawab Fir'aun yang telah mengatakan kata-kata tersebut, yaitu:
{آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ}
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu. (Yunus: 91)
Dengan kata lain. apakah baru sekarang kamu mengatakannya, padahal sesungguhnya kamu telah durhaka terhadap Allah sebelum ini.
{وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ}
dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91)
Yakni di muka bumi karena telah menyesatkan manusia.
{وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ}
Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka, dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41)
Kisah yang diceritakan oleh Allah Swt. tentang Fir'aun ini merupakan salah satu dari berita gaib yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مهْران، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا قَالَ فِرْعَوْنُ: {آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ} قَالَ: قَالَ لِي جِبْرِيلُ: [يَا مُحَمَّدُ] لَوْ رَأَيْتَنِي وَقَدْ أَخَذْتُ [حَالًا] مِنْ حَالِ الْبَحْرِ، فَدَسَسْتُهُ فِي فِيهِ مَخَافَةَ أن تناله الرحمة"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah. dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran. dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ketika Fir'aun berkata, "Aku beriman, bahwa tidak ada Tuhan kecuali Tuhan yang diimani oleh Bani Israil, " Jibril berkata kepadaku, "Sekiranya engkau melihatku ketika aku mengambil tanah liat dari laut, lalu aku jejalkan ke dalam mulut Fir’aun, karena khawatir bila ia akan mendapat rahmat (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan)."
Imam Turmuzi, Imam Ibnu Jarir, dan Imam Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ وَعَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ لِي جِبْرِيلُ: لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا آخِذٌ مِنْ حَالِ الْبَحْرِ، فَأَدُسُّهُ فِي فَمِ فِرْعَوْنَ مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ الرَّحْمَةُ"
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Addi ibnu Sabit dan Ata ibnus Saib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah ber­sabda: Jibril mengatakan kepadaku, "Sekiranya engkau melihatku ketika Fir’aun, karena takut akan mendapat rahmat (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan).”
Abu Isa At-Turmuzi telah meriwayatkannya pula bersama Ibnu Jarir yang bukan hanya satu jalur, dari Syu'bah dengan sanad yang sama, lalu disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, garib, juga sahih, dan dalam riwayat yang lain disebutkan pada Ibnu Jarir, dari Muhammad ibnul Musanna, dari Gundar. dari Syu'bah, dari Ata, dari Addi, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas; salah seorang di antara keduanya ada yang me-marfu'-kannya, seakan-akan salah seorang dari keduanya ada yang tidak me-marfu'-kannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Umar ibnu Abdullah ibnu Ya'la As-Saqafi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ketika Allah menenggelamkan Fir'aun, Fir'aun mengisyaratkan dengan jari telunjuknya seraya mengucapkan kalimat berikut dengan suara yang keras, yaitu kalimat yang disebutkan oleh firman-Nya: Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil. (Yunus: 90) Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Saat itu Malaikat Jibril merasa khawatir bila rahmat Allah mendahului murka-Nya. Maka Jibril mengambil tanah liat dengan kedua sayapnya, lalu tanah liat itu dipukulkan ke wajah Fir'aun dan menyumbat semua rongga kepalanya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Sufyan ibnu Waki', dari Abu Khalid dengan sanad yang sama secara mauauf.
Telah diriwayatkan pula melalui hadis Abu Hurairah juga. Untuk itu, Ibnu Jarir mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا حَكَّام، عَنْ عَنْبَسة -هُوَ ابْنُ سَعِيدٍ -عَنْ كَثِيرِ بْنِ زَاذَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ لِي جِبْرِيلُ: يَا مُحَمَّدُ، لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا أَغُطُّهُ وَأَدُسُّ مِنَ الْحَالِ  فِي فِيهِ، مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ رَحْمَةُ اللَّهِ فَيَغْفِرَ لَهُ" يَعْنِي: فِرْعَوْنَ
telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakam, dari Anbasah (yaitu Ibnu Abu Sa'id), dari Kasir ibnu Zazan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. an; men atakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jibril berkata kepadaku, "Hai Muhammad, sekiranya engkau melihatku di saat aku menyumbat dan menjejalkan mulutnya dengan tanah liat, karena takut bila dia mendapat rahmat dari Allah, lalu Allah mengampuninya (niscaya engkau akan melihat hal yang mengerikan)." Maksudnya adalah Fir'aun.
Menurut Ibnu Mu'in, Kasir ibnu Zazan ini orangnya tidak ia kenal. Abu Zar'ah dan Abu Hatim mengatakan bahwa dia adalah orang yang tidak dikenal. Tetapi perawi lainnya dalam sanad hadis ini semuanya berpredikat siqah. Hadis ini telah di-mursal-kan oleh sejumlah ulama Salaf, seperti Qatadah, Ibrahim At-Taimi, dan Maimun ibnu Mahran. Telah dinukil pula dari Ad-Dahhak ibnu Qais, bahwa ia menceritakan hadis ini dalam khotbahnya kepada orang banyak.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus: 92)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa sebagian kalangan Bani Israil merasa ragu dengan kematian Fir'aun. Maka Allah Swt. memerintahkan kepada laut agar mencampak­kan tubuh Fir'aun secara utuh tanpa roh dengan memakai baju besinya yang terkenal itu ke daratan yang tinggi agar mereka dapat mengecek kebenaran atas kematiannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Maka pada hari ini Kami selamatkan Kamu (Yunus : 92) Maksudnya, Kami angkat kamu ke suatu dataran yang tinggi. yakni tubuhmu. (Yunus: 92)
Menurut Mujahid, maknanya ialah jasadnya; sedangkan menurut Al-Hasan adalah jasad tanpa roh. Menurut Abdullah ibnu Syaddad yaitu keadaan tubuh yang utuh, yakni tidak ada yang sobek, agar mereka mengecek dan mengenalnya. Menurut Abu Sakhr berikut dengan baju besinya. Semua pendapat ini tidak ada pertentangan satu sama lainnya, melainkan saling melengkapi, seperti keterangan di atas.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus: 92)
Yakni agar kamu dapat menjadi bukti bagi kaum Bani Israil bahwa kamu telah mati dan binasa; dan bahwa Allah, Dialah Yang Mahakuasa yang semua jiwa makhluk hidup berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat bertahan di hadapan kemurkaan-­Nya.
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa firman-Nya: supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 92) Yaitu tidak mau mengambil pelajaran dan peringatan darinya.
Kebinasaan Fir'aun beserta kaumnya terjadi pada hari 'Asyura, seperti apa yang dikatakan oleh Imam Bukhari dalam riwayat hadisnya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَر، حَدَّثَنَا شُعْبَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المدينَة، وَالْيَهُودُ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْهُمْ، فَصُومُوهُ"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Gundar, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Nabi Saw. tiba di Madinah, orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari 'Asyura. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hari apakah sekarang yang kalian melakukan puasa padanya?" Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari kemenangan Musa atas Fir'aun." Maka Nabi Saw. bersabda kepada para sahabatnya: Kalian lebih berhak terhadap Musa daripada mereka, maka puasalah kalian pada hari ini.
continue reading Yunus, ayat 90-92

Yunus, ayat 88-89

{وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلأهُ زِينَةً وَأَمْوَالا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ (88) قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (89) }
Musa berkata.”Ya Tuhan kami. sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami. binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman sehingga mereka melihat siksaan yang pedih.” Allah berfirman, "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua. Karena itu, tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui.”
Ayat ini menceritakan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Musa a.s. kepada Allah Swt. untuk kebinasaan Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, setelah mereka menolak perkara yang hak dan terus-menerus berada dalam kesesatan dan kekufuran mereka seraya menentang dan ingkar; karena perbuatan aniaya, kecongkakan, kesombongan, dan keangkara-murkaan mereka. Nabi Musa a.s. berkata dalam doanya:
{رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلأهُ زِينَةً}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan. (Yunus: 88)
berupa perhiasan duniawi dan kesenangan-kesenangannya.
{وَأَمْوَالًا}
dan harta kekayaan. (Yunus: 88)
Yakni harta kekayaan yang banyak lagi berlimpah.
{فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيَضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ}
dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. (Yunus: 88)
Kalau menurut bacaan, liyadillu artinya Engkau telah memberi mereka hal tersebut, padahal Engkau mengetahui bahwa mereka tidak akan beriman kepada apa yang Engkau utuskan melaluiku kepada mereka, sebagai istidraj dari Engkau buat mereka. Pengertian ini sama dengan yang ada pada firman-Nya:
{لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ}
untuk Kami cobai mereka dengannya. (Thaha: 131)
Sedangkan ulama lainnya ada yang membacanya {لِيُضِلُّوا} dengan ya yang di-dammah-kan, artinya 'akibat dari apa yang Engkau berikan kepada mereka itu, maka mereka menyesatkan orang-orang yang Engkau kehendaki kesesatannya dari kalangan makhluk-Mu". Agar orang yang Engkau sesatkan itu menduga bahwa sesungguhnya Engkau memberi hal tersebut kepada mereka hanyalah karena kecintaan-Mu kepada mereka dan perhatian-Mu kepada mereka.
{رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ}
Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka. (Yunus: 88)
Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, maknanya ialah 'binasakanlah harta benda mereka'.
Menurut Ad-Dahhak, Abul Aliyah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, makna yang dimaksud ialah 'Allah menyerapah harta benda mereka menjadi batu-batuan dalam keadaan terukir, persis seperti bentuknya yang semula'.
Menurut Qatadah, telah sampai kepada kami suatu riwayat yang mengatakan bahwa tanam-tanaman mereka berubah menjadi batu.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa Allah menjadikan tebu-tebu mereka menjadi batu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abul Haris telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu  Abu Bukair, dari Abu Ma'syar, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Qais, bahwa Muhammad ibnu Ka'b membaca surat Yunus di hada­pan Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, hingga sampai pada firman-Nya: Musa berkata.”Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. (Yunus: 88) sampai dengan firman-Nya: Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka. (Yunus: 88), hingga akhir ayat. Maka Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz bertanya, "Hai Abu Hamzah, apakah yang dimaksud dengan istilah At- Tams? Muhammad ibnu Ka'b yang nama panggilannya Abu Hamzah menjawab, "Semua harta benda mereka berubah menjadi batu." Maka Umar ibnu Abdul Aziz berkata kepada seorang pelayannya, "Datangkanlah kepadaku satu karung makanan." Maka si pelayan mengambil sebuah karung yang berisi biji kacang hums yang ketika dibuka telah berubah menjadi batu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ}
dan kunci matilah hati mereka. (Yunus: 88)
Menurut Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah kunci matilah hati mereka.
{فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. (Yunus: 88)
Doa yang dipanjatkan oieh Nabi Musa a.s. ini merupakan ungkapan kemarahannya demi membela Allah dan agama-Nya terhadap Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, karena menurut pandangannya mereka telah jelas tidak ada manfaatnya dan tiada kebaikan barang sedikit pun dalam diri mereka. Perihalnya sama dengan doa Nabi Nuh a.s. yang disitir oleh firman-Nya:
{رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الأرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلا يَلِدُوا إِلا فَاجِرًا كَفَّارًا}
"Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (Nuh: 26-27)
Karena itulah Allah Swt. memperkenankan doa Musa a.s. terhadap mereka, sedangkan saudaranya (Harun) mengamininya. Allah Swt. berfirman:
{قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا}
Sesungguhnya telah diperkenankan doa kamu berdua. (Yunus: 89)
Abul Aliyah, Abu Saleh, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Nabi Musa berdoa, sedangkan Harun mengamininya. Makna ayat ialah 'sesungguhnya Kami telah memperkenankan permohonan kamu berdua yang meminta agar Fir'aun beserta orang-orangnya dihancurkan'.
Ayat ini dapat pula dijadikan sebagai dalil yang menunjukkan bahwa bacaan amin makmum atas bacaan surat Al-Fatihah imamnya kedudukannya sama dengan bacaan makmum sendiri; karena Nabi Musa berdoa, sedangkan Harun mengamininya, dan Allah menyebutkan dalam firmannya: Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua. Karena itu, tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus. (Yunus: 89), hingga akhir ayat. Dengan kata lain. sebagaimana telah diperkenankan permohonan kamu berdua, maka tetaplah kamu berdua pada perintah-Ku.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus. (Yunus: 89) Maksudnya, berjalan teruslah kamu berdua pada perintah-Ku, yakni istiqamah.
Ibnu Juraij mengatakan, "Para ulama mengatakan bahwa Fir'aun tinggal selama empat puluh tahun sesudah adanya doa ini."
Tetapi menu­rut Muhammad ibnu Ka'b dan Ali ibnul Husain hanya empat puluh hari.
continue reading Yunus, ayat 88-89

Yunus, ayat 87

{وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (87) }
Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya, "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu, dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat, dan dirikanlah oleh kalian sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.”
Allah Swt. menyebutkan penyebab yang menyelamatkan kaum Bani Israil dari Fir'aun dan kaumnya, serta bagaimana mereka lolos dari Fir'aun dan kaumnya. Pada mulanya Allah Swt. memerintahkan Musa dan Harun (saudaranya) untuk mengambil rumah-rumah di Mesir sebagai tempat tinggal buat kaumnya.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya:
{وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً}
dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87)
Menurut As-Sauri dan lain-lainnya, dari Khasif, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, firman Allah Swt.: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87) Maksudnya adalah, mereka diperintahkan untuk menjadikannya sebagai masjid-masjid untuk salat mereka.
As-Sauri telah meriwayatkan pula dari Ibnu Mansur, dari Ibrahim, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87) Bahwa mereka dicekam oleh rasa takut, lalu mereka diperintahkan untuk melakukan salat di rumah masing-masing. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, Ar-Rabi' ibnu Anas, Ad-Dahhak, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan ayahnya (yaitu Zaid ibnu Aslam).
Seakan-akan hal tersebut, hanya Allah yang lebih mengetahui, di saat penindasan dari Fir'aun dan kaumnya terasa makin keras atas diri mereka yang mempersempit ruang gerak mereka; maka mereka diperintahkan untuk banyak melakukan salat. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ}
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolong kalian. (Al-Baqarah: 153)
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila meng­alami suatu musibah, maka beliau salat. Hadis diketengahkan oleh Imam Abu Daud.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ}
dan jadikanlah rumah-rumah itu oleh kalian tempat salat, dan dirikanlah oleh kalian sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman. (Yunus: 87)
Yakni dengan pahala dan kemenangan yang dekat waktunya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa orang-orang Bani Israil berkata kepada Musa a.s., "Kami tidak mampu menampakkan salat kami kepada kaki tangan Fir'aun itu." Maka Allah mengizinkan mereka melakukan salat di rumah masing-masing. Dan Allah memerintahkan kepada mereka untuk menjadikan rumah-rumah mereka menghadap ke arah kiblat.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu sebagai tempat salat. (Yunus: 87) Ketika kaum Bani Israil merasa takut Fir'aun akan membunuh mereka di gereja-gereja tempat mereka berkumpul melakukan ibadahnya, maka mereka diperintahkan menjadikan rumah-rumah mereka sebagai masjid-masjidnya dengan menghadap ke arah Ka'bah; mereka boleh melakukan sembahyangnya di dalam rumah masing-masing secara sembunyi-sembunyi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak.
Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah itu tempat ibadah. (Yunus: 87) Bahwa yang dimaksud dengan istilah qiblah ialah berhadapan, yakni sebagian darinya berhadapan dengan yang lainnya.
continue reading Yunus, ayat 87

Yunus, 84-86

{وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ (84) فَقَالُوا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (85) وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (86) }
Berkata Musa, "Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang yang berserah diri.” Lalu mereka berkata, "Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.”
Allah Swt. berfirman menceritakan tentang Musa, bahwa ia berkata kepada kaum Bani Israil:
{يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ}
Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang yang berserah diri. (Yunus: 84)
Maka sesungguhnya Allah akan mencukupi orang yang bertawakal kepada-Nya, seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:
{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ}
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. (Az-Zumar: 36)

{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (At-Talaq: 3)
Allah Swt. sering kali menyebutkan ibadah dan bertawakal secara beriringan, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ}
maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123)
{قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا}
Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal.” (Al-Mulk: 29)
{رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا}
(Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)
Allah Swt. pun telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk mengucapkan ayat berikut ini secara berkali-kali dalam salat mereka:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Al-Fatihah: 5)
Kaum Bani Israil telah melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan:
{عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}
Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim. (Yunus: 85)
Maksudnya, Janganlah Engkau memberikan kemenangan kepada mereka atas kami dan menjadikan mereka berkuasa atas kami sehingga mereka mengira bahwa semata-mata mereka berkuasa karena berada dipihak  yang benar sedangkan kita berada dipihak yang batil, ini menyebabkan mereka berada di atas angin.
Hal yang sama telah diriwayatkan yang bersumber dari Abu Mijlaz dan Abud-Duha. Sedangkan Ibnu Abu Nujaih dan lain-lainnya meriwayatkan dari Mujahid, Janganlah Engkau mengazab kami melalui kekuatan Fir'aun dan pasukannya, dan jangan pula melalui tangan kekuasaan (malaikat) dari sisi Engkau yang pada akhirnya kaum Fir'aun akan mengatakan "Seandainya mereka berada di pihak yang benar, tentulah mereka tidak disiksa dan kita pun tidak dapat berkuasa atas mereka. Terlebih lagi menindas kita."
Abdur-Razzak telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyainah dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid mengenai firman-Nya: Ya Tahan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim. (Yunus: 85) Maksudnya, janganlah Engkau membiarkan mereka dapat menguasai kami karena mereka pasti akan memfitnah kami.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ}
dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau. (Yunus: 86)
Yakni bebaskanlah kami berkat rahmat dan kebaikan dari-Mu.
{مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ}
dari (tipu daya) orang-orang yang kafir. (Yunus: 86)
Yaitu dari orang-orang yang kafir terhadap perkara yang hak dan yang berusaha membungkamnya. Kami telah beriman kepada Engkau dan bertawakal kepada Engkau.
continue reading Yunus, 84-86

Yunus, ayat 83

{فَمَا آمَنَ لِمُوسَى إِلا ذُرِّيَّةٌ مِنْ قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَنْ يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الأرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ (83) }
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Fir'aun) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguh­nya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.
Allah Swt. menceritakan bahwa tidak ada yang beriman kepada Musa a.s. —sekalipun ia datang dengan membawa ayat-ayat yang jelas, hujah-hujah yang pasti, dan bukti-bukti yang jelas— melainkan hanya segolongan kecil dari kalangan kaum Fir'aun, yaitu terdiri atas para pemuda. Itu pun dengan dicekam oleh rasa takut dan khawatir terhadap pemuka-pemuka kaum Fir'aun, bila mereka mengembalikannya ke dalam kekufuran yang semula. Karena Fir'aun, la’natullah, adalah orang yang angkara murka, pengingkar kebenaran, dan melampaui batas dalam kecongkakan dan keingkarannya. Dia adalah orang yang sangat kejam sehingga rakyatnya sangat takut kepadanya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Fir'aun) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. (Yunus: 83) Menurutnya, para pemuda yang beriman kepada Musa adalah dari kalangan selain Bani Israil, yaitu dari kalangan kaumnya Fir'aun; jumlah mereka sedikit. Antara lain ialah istri Fir'aun sendiri, orang-orang yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun, dan bendahara Fir'aun beserta istrinya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kalangan kaumnya (Fir'aun). (Yunus: 83) Yakni dari kalangan Bani Israil.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa makna zurriyyah ialah sejumlah kecil.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali pemuda-pemuda dari kalangan kaumnya. (Yunus: 83) Bahwa mereka adalah anak-anak dari orang-orang yang Musa diutus kepada mereka sejak semula, sedangkan bapak-bapak mereka telah meninggal dunia.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan pengertian zurriyyah ini, yaitu bahwa mereka adalah dari kalangan kaum Bani Israil. bukan dari kalangan kaum Fir'aun, mengingat kembalinya damir adalah kepada lafaz yang paling dekat dengannya.
Pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Menurutnya, yang dimaksud dengan istilah zurriyyah adalah para pemuda, dan bahwa mereka adalah dari kalangan Bani Israil; mengingat hal yang telah dimaklumi menyatakan bahwa kaum Bani Israil seluruhnya telah beriman kepada Musa a.s. dan mereka selalu menanti-nanti kedatangannya. Sebelum itu mereka telah mengenal ciri dan sifatnya serta berita gembira akan kedatangannya melalui kitab-kitab terdahulu. Dikatakan pula bahwa Allah kelak akan menyelamatkan mereka dari penindasan Fir'aun, dan Allah akan memenangkan mereka atas Fir'aun. Karena itulah setelah berita itu sampai kepada Fir'aun, maka Fir'aun bersikap sangat waspada, tetapi ia tidak mempunyai jalan untuk menemukannya. Setelah Musa datang, barulah Fir'aun menindas kaum Bani Israil dengan penindasan yang keras. Disebutkan oleh firman Allah Swt:
{قَالُوا أُوذِينَا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا قَالَ عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الأرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ}
Kaum Musa berkata, "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kedatanganmu kepada kami dan sesudah kamu datang.” Musa menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian dan menjadikan kalian khalifah di bumi-(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatan kalian.” (Al-A'raf: 129)
Apabila telah terbukti hal ini, maka bagaimana mungkin bila makna yang dimaksud dari lafaz zuriyyah diartikan para pemuda dari kalangan kaum Musa, sedangkan mereka adalah kaum Bani Israil?
*******************
Firman Allah Swt.:
{عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ}
dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. (Yunus: 83)
Maksudnya, orang-orang yang terkemuka dari kalangan kaum mereka akan menyiksa mereka, yakni pemuka-pemuka kaum Fir'aun. Di kalangan kaum Bani Israil sendiri tidak terdapat seorang pun yang dikhawatirkan akan terfitnah dari keimanannya selain Qarun. Sesungguhnya dia berasal dari kaum Musa, tetapi ia berbuat aniaya terhadap kaumnya, memihak kepada Fir'aun, dan bersahabat dengannya.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa damir pada lafaz wamala-ihim kembali kepada Fir'aun dan para pembesar kerajaannya yang mengikutinya. Atau ada yang tidak disebutkan, yaitu lafaz aji; lalu kedudukannya diganti oleh mudaf ilaih. Tetapi pendapat ini jauh dari kebenaran, sekalipun Ibnu Jarir meriwayatkannya dari sebagian ahli Nahwu.
Dalil lainnya yang menunjukkan bahwa di kalangan Bani Israil tidak terdapat seorang pun kecuali beriman kepada Musa ialah firman Allah Swt. berikutnya.
continue reading Yunus, ayat 83

Yunus, ayat 79-82

{وَقَالَ فِرْعَوْنُ ائْتُونِي بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ (79) فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالَ لَهُمْ مُوسَى أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ (80) فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ (81) وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ (82) }
Fir’aun berkata (kepada pemuka-pemuka kaumnya), "Datangkan­lah kepadaku semua ahli-ahli sihir yang pandai!" Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka, "Lemparkanlah apa yang hendak kalian lemparkan!" Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata, "Apa yang kalian lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak-benarannya.” Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).
Allah Swt. menceritakan kisah ahli-ahli sihir bersama Musa a.s. dalam surat Al-A'raf yang telah disebutkan jauh sebelum ini, demikian pula dalam surat ini, surat Thaha, dan surat Asy-Syu'ara.
Demikian itu karena Fir'aun, la’natullah, bermaksud membuat orang-orang kagum dengan kekuasaannya dan sekaligus menentang apa yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s., yakni kebenaran yang jelas yang disampaikannya. Untuk itu, ia melawannya dengan tipu muslihat yang biasa digunakan oleh tukang-tukang sihir; tetapi kenyataannya berbalik menjadi senjata makan tuan, dan apa yang dimaksudnya itu tidak berhasil secara total. Yang menang justru bukti-bukti dari Tuhan. Peristiwa ini terjadi di mata khalayak ramai dalam suatu pertandingan yang disaksikan oleh seluruh penduduk negeri.
{فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ}
Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” (Asy-Syuara: 46-48)
Pada mulanya Fir'aun menduga bahwa dia akan beroleh kemenangan atas Musa a.s. —utusan Allah— dengan bantuan para ahli sihir. Tetapi akhirnya ia kecewa dan merugi, dia tidak dapat masuk surga dan wajib masuk neraka.
{وَقَالَ فِرْعَوْنُ ائْتُونِي بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالَ لَهُمْ مُوسَى أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ}
Fir’aun berkata (kepada pemuka-pemuka kaumnya), "Datangkan­lah kepadaku semua ahli sihir yang pandai!" Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada merelai.”Lemparkan!ah apa yang hendak kalian lemparkan " (Yunus: 79 80)
Sesungguhnya Nabi Musa a.s. berkata demikian kepada mereka, karena ketika mereka telah berbaris, sedangkan mereka telah mendapat janji dari Fir’aun bahwa mereka akan menjadi orang-orang terdekat dengan Fir'aun dan akan beroleh pemberian yang berlimpah:
{قَالُوا يَامُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى قَالَ بَلْ أَلْقُوا}
mereka berkata, "Hai Musa, (pilihlah), apakah kamu yang me­lemparkan (dahulu) atau kamikah yang mula-mula melemparkan?” Berkata Musa, "Silakan kamu sekalian melemparkan.” ( Thaha: 65-­66)
Musa bermaksud agar merekalah yang memulai dahulu, supaya orang-orang melihat apa yang mereka perbuat, kemudian dia akan datang dengan perkara yang hak sesudahnya untuk menghancurkan kebatilan mereka. Karena itulah setelah para ahli sihir itu melemparkan — sebelumnya mereka menyihir mata orang-orang yang ada— maka para ahli sihir itu membuat mereka yang hadir ketakutan; para ahli sihir telah mendatangkan sihir yang besar.
{فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الأعْلَى وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى}
Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.” (Thaha: 67-69)
Maka pada saat itulah Musa berkata (yaitu sesudah mereka me­lemparkan):
{مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ}
Apa yang kalian lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya). (Yunus: 81-82)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman (yakni Ad-Dusytuki), telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Lais (yaitu Ibnu Abu Sulaim) yang mengatakan bahwa telah sampai kepadanya suatu riwayat yang mengatakan bahwa ayat-ayat berikut ini merupakan penyembuh dan penawar bagi sihir dengan seizin Allah Swt. Ayat-ayat tersebut dibacakan pada sebuah wadah yang berisikan air. kemudian airnya disiramkan ke atas kepala orang yang terkena sihir. Ayat itu adalah ayat yang ada di dalam surat Yunus, yaitu firman-Nya:
{فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ}
Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata, "Apa yang kalian lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya.” Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbual dosa tidak menyukai(nya). (Yunus: 81-82)
Dan ayat yang lainnya, yaitu:
{فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. (Al-A'raf: 118), hingga beberapa ayat berikutnya.
{إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى}
Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (Thaha: 69)
continue reading Yunus, ayat 79-82