{قَالُوا
أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا
فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (70) قَالَ قَدْ وَقَعَ
عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ
سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا نزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ
فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (71) فَأَنْجَيْنَاهُ
وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ (72) }
Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami
agar kami menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh
bapak-bapak kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika
kamu termasuk orang-orang yang benar.” Ia berkata, “Sungguh sudah pasti kalian
akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhan kalian. Apakah kamu sekalian hendak
berbantah dengan aku tentang nama-nama yang kalian beserta nenek moyang kalian
menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu? Maka
tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku
juga termasuk orang yang menunggu bersama kalian.” Maka Kami selamatkan Hud
beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami
tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka
orang-orang yang beriman.Allah Swt. menceritakan perihal pembangkangan, ketidakpercayaan, dan keingkaran mereka terhadap Nabi Hud a.s.
قَالُوا
أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ
Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami agar kami hanya menyembah
Allah saja?” (Al-A'raf: 70), hingga akhir ayat.Ayat ini semakna dengan apa yang pernah dikatakan oleh orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy, yaitu seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَإِذْ
قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ
عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ
أَلِيمٍ}
Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi
Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada
kami azab yang pedih. (Al-Anfal: 32)Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya menceritakan bahwa kaum Nabi Hud adalah kaum penyembah berhala-berhala. Di antaranya ada berhala yang diberi nama Samad, ada yang diberi nama Sumud, dan yang lainnya lagi diberi nama Al-Hana. Karena itulah Nabi Hud a.s. bersabda kepada mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{قَدْ
وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ}
Sungguh telah pasti kalian akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhan
kalian. (Al-A'raf: 71)Dengan kata lain, azab dari Tuhan kalian telah pasti akan menimpa kepada kalian disebabkan ucapan kalian itu. Menurut suatu pendapat, lafaz rijsun merupakan bentuk maqlub dari lafaz rijzun. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa maknanya ialah kemurkaan dan kemarahan.
{أَتُجَادِلُونَنِي
فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ}
Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama yang
kalian beserta nenek moyang kalian menamakannya? (Al-A’raf:71)Yakni apakah kalian membantahku sehubungan dengan kebatilan berhala-berhala yang diberi nama oleh kalian dan nenek moyang kalian sebagai tuhan-tuhan yang kalian sembah. Padahal berhala-berhala itu tidak dapat menimpakan bahaya, tidak pula memberikan manfaat, dan Allah tidak pernah menjadikan dalil atau hujah bagi kalian untuk menyembah berhala-berhala itu. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{مَا
نزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ
الْمُنْتَظِرِينَ}
padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu? Maka tunggulah
(azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama
kalian. (Al-A'raf: 71)Di dalam ayat ini terkandung makna ancaman dan peringatan keras dari seorang rasul kepada kaumnya. Untuk itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَأَنْجَيْنَاهُ
وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ}
Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat
yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman. (Al-A'raf: 72)Allah Swt telah menyebutkan gambaran tentang pembinasaan mereka di berbagai ayat dari Al-Qur'an, yang intinya menyebutkan bahwa Allah mengirimkan kepada mereka angin besar yang sangat dingin. Tidak ada sesuatu pun yang diterjang angin ini, melainkan pasti hancur berserakan, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَمَّا
عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ * سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ
لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى
كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ * فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ
بَاقِيَةٍ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat
dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama
tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu
itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang
telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di
antara mereka. (Al-Haqqah: 6-8)Setelah mereka membangkang dan durhaka kepada Nabi-Nya, maka Allah membinasakan mereka dengan angin yang sangat dingin. Angin tersebut dapat menerbangkan seseorang dari mereka, lalu menjatuhkannya dengan kepala di bawah sehingga kepalanya hancur dan terpisah dari tubuhnya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{كَأَنَّهُمْ
أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ}
seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong
(lapuk). (Al-Haqqah: 7)Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka mendiami negeri Yaman, tepatnya di suatu daerah yang terletak di antara Amman dan Hadramaut. Tetapi sekalipun demikian, mereka berhasil menyebar ke seluruh penjuru bumi dan dapat mengalahkan penduduknya berkat kekuatan yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang menyembah berhala, bukan menyembah Allah. Kemudian Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud a.s. yang nasabnya berasal dari kalangan menengah mereka dan berkedudukan' terhormat di kalangan mereka.
Maka Nabi Hud a.s. memerintahkan kepada mereka agar mengesakan Allah, jangan menjadikan bersama-Nya tuhan-tuhan selain Dia, dan jangan menganiaya manusia lagi. Tetapi mereka menolak seruannya, bahkan mendustakannya. Mereka mengatakan, "Siapakah yang lebih kuat dari kami?'
Tetapi ada segolongan orang dari mereka yang mengikuti Nabi Hud a.s., hanya jumlahnya sedikit dan mereka menyembunyikan keimanannya. Setelah kaum ‘Ad bertambah durhaka terhadap Allah dan mendustakan Nabi-Nya serta banyak menimbulkan kerusakan di muka bumi, dengan berlaku sewenang-wenang padanya dan meninggalkan jejak-jejak mereka di setiap tanah tinggi tempat-tempat bermainnya tanpa ada gunanya, maka Nabi Hud a.s. berkata kepada mereka yang disitir oleh firman-Nya:
{أَتَبْنُونَ
بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ * وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ
تَخْلُدُونَ * وَإِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ * فَاتَّقُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُونِ}
Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk
bermain-main, dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian
kekal (di dunia)? Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa
sebagai orang-orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku. (Asy-Syu'ara: 128-131)Tetapi mereka menjawab, seperti yang disebutkan di dalam ayat-ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
{قَالُوا
يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ
قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ. إِنْ نَقُولُ إِلا اعْتَرَاكَ بَعْضُ
آلِهَتِنَا بِسُوءٍ}
Kaum 'Ad berkata "Hai Hud. kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti
yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami
karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak
mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan keburukan
kepadamu.” (Hud: 53-54)Yang dimaksud dengan su' atau keburukan ialah penyakit gila.
{قَالَ
إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ * مِنْ
دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ * إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى
اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا
إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Hud menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan
saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang kalian persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu daya kalian
semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya
aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada suatu binatang
melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di
atas jalan yang lurus.” (Hud: 54-56)Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa setelah mereka membangkang, tidak mau beriman dan hanya tetap kepada kekufurannya, maka Allah menahan hujan dari mereka selama tiga tahun —menurut apa yang didugakan oleh mereka (para perawinya)— sehingga keadaan tersebut membuat mereka benar-benar parah. Konon di zaman itu apabila orang-orang mengalami musim paceklik yang parah, dan mereka memohon kepada Allah agar dibebaskan dari paceklik, maka sesungguhnya mereka hanya mendoa kepada-Nya di tempat suci-Nya, yaitu di tempat bait-Nya.
Tempat tersebut di masa itu telah dikenal, sedangkan di tempat itu terdapat para penghuninya dari golongan amatiq (raksasa). Mereka adalah keturunan dari ‘Amliq Ibnu Lawuz ibnu Sam ibnu Nuh. Pemimpin mereka saat itu adalah seorang lelaki yang bernama Mu'awiyah ibnu Bakar. Sedangkan ibunya berasal dari kaum ‘Ad yang dikenal dengan nama Jahlazah, anak perempuan Al-Khubairi.
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kaum 'Ad mengirimkan suatu delegasi yang jumlahnya kurang lebih tujuh puluh orang menuju tanah suci, untuk meminta istisqa (hujan) di tanah suci buat kaumnya.
Mereka bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar di luar kota Mekah, lalu mereka tinggal di rumahnya selama satu bulan. Selama itu mereka mabuk-mabukan dan mendengarkan nyanyian yang didendangkan oleh dua orang penyanyi wanita Mu'awiyah.
Walaupun telah cukup lama mereka tinggal di tempat Mu'awiyah, tetapi ternyata mereka tidak beranjak juga dari rumahnya, sedangkan Mu'awiyah merasa kasihan kepada kaumnya (yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka); sementara itu Mu'awiyah sendiri merasa malu untuk mengusir mereka pergi dari rumahnya. Maka ia membuat syair yang menyindir mereka untuk pergi, lalu memerintahkan kepada biduannya untuk mendendangkan syair itu kepada mereka. Isi syair tersebut adalah seperti berikut:
أَلَا
يَا قَيْلُ وَيْحَكَ قُْم فَهَيْنم ...
لَعَلَّ اللَّهَ يُصْبحُنَا غَمَاما ...
فَيَسْقي
أرضَ عادٍ إِنَّ عَادًا ...
قَد امْسَوا لَا يُبِينُونَ الكَلاما ...
مِنَ
الْعَطَشِ الشَّدِيدِ فَلَيْسَ نَرجُو ...
بِهِ الشيخَ الكبيرَ وَلَا الغُلاما ...
وَقَد
كانَت نساؤهُم بخيرٍ ...
فَقَدْ أَمْسَتْ نِسَاؤهم عَيَامى
وَإِنَّ
الوحشَ تأتيهمْ جِهارا ...
وَلَا تَخْشَى لعاديَ سِهَاما ...
وَأَنْتُمْ
هاهُنَا فِيمَا اشتَهَيْتُمْ ...
نهارَكُمُ وَلَيْلَكُمُ التَّمَامَا ...
فقُبّحَ
وَفُْدكم مِنْ وَفْدِ قَوْمٍ ...
ولا لُقُّوا التحيَّةَ والسَّلاما ...
Ingatlah, hai Qil, celakalah engkau,
bangunlah dan sadarlah engkau, mudah-mudahan Allah memberikan hujan di pagi
hari.
Karenanya maka tanah kaum 'Ad menjadi
tersirami hujan.
Sesungguhnya kaum Ad sekarang menjadi
orang-orang yang tidak mengerti perkataan karena rasa haus berat yang menimpa
mereka.
Kami tujukan kata-kata ini bukan
kepada orang yang sudah pikun, bukan pula kepada anak-anak
Dahulu kaum wanita mereka dalam
keadaan baik-baik, tetapi sekarang kaum wanita mereka dalam kesedihan dan
kemurungan.
Dan sesungguhnya binatang-binatang
liar berani datang kepada mereka secara terang-terangan, tanpa rasa takut
sedikit pun kepada anak panah pemburu.
Sedangkan kalian di sini tenggelam ke
dalam hura-hura sepanjang siang dan malam hari.
Maka seburuk-buruk delegasi dari suatu
kaum adalah delegasi kalian.
Mereka tidak mendapat kehormatan,
tidak pula mendapat salam (kesejahteraan).
Setelah syair tersebut dikemukakan kepada mereka, barulah mereka sadar akan
tugas kedatangannya ke tanah suci itu. Lalu mereka bangkit menuju tanah suci dan
berdoa untuk kaumnya. Mereka berdoa dipimpin oleh ketua mereka yang dikenal
dengan nama Qil ibnu Anaz.Maka Allah memunculkan tiga jenis awan, ada yang putih, ada yang hitam, dan ada yang merah. Lalu Qil mendengar suara dari langit yang mengatakan, "Pilihlah untukmu atau untuk kaummu dari awan-awan ini!"
Qil berkata, "Saya memilih awan yang hitam ini, karena sesungguhnya awan hitam ini banyak mengandung air." Maka dijawablah oleh seruan itu, "Ternyata kamu memilih awan yang mengandung debu yang membinasakan." Maka tidak ada seorang pun dan tidak ada seorang tua pun dari kaum 'Ad serta tidak ada seorang anak pun dari mereka melainkan binasa saat itu, kecuali Bani Wuzyah Al-Muhannada.
Menurut Ibnu Ishaq, Banil Wuzyah adalah suatu kabilah dari kaum 'Ad yang tinggal di Mekah, maka mereka tidak tertimpa azab yang menimpa kaumnya.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Banil Wuzyah adalah orang-orang yang tersisa dari keturunan kaum 'Ad karena selamat dari azab itu; mereka disebut generasi terakhir dari kaum 'Ad.
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa Allah lalu mengarak awan hitam itu —menurut kisah mereka— yaitu awan yang dipilih oleh Qil ibnu Anaz. Di dalam awan itu terkandung azab yang akan membinasakan kaum 'Ad. Awan itu muncul dari suatu lembah di tempat mereka yang dikenal dengan nama Lembah Mugis. Ketika mereka (kaum 'Ad) melihat awan hitam itu datang bergulung-gulung, mereka merasa gembira dan mengatakan, "Inilah awan yang akan membawa hujan kepada kita." Tetapi dijawab oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{بَلْ
هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ * تُدَمِّرُ كُلَّ
شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا}
Bukan, bahkan itulah azab yang kalian minta supaya disegerakan. yaitu
angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu.
(Al-Ahqaf: 24-25)Yakni yang membinasakan segala sesuatu yang dilewatinya.
Disebutkan bahwa orang yang mula-mula melihatnya dan mengenal bahwa apa yang dikandungnya itu merupakan angin puting beliung, menurut yang dikisahkan para perawinya, ialah seorang wanita 'Ad yang dikenal dengan sebutan Mumid.
Setelah Mumid melihat dengan jelas apa yang terkandung di dalam awan tersebut, ia menjerit dan pingsan. Ketika ia sadar, kaumnya bertanya, "Hai Mumid, apakah yang telah engkau lihat?" Mumid menjawab, "Saya melihat angin yang di dalamnya terdapat semisal api digiring oleh banyak kaum laki-laki yang menuntunnya dari depan."
Maka Allah menimpakan angin itu kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah: 7)
Al-husumah artinya terus-menerus, tiada henti-hentinya.
Maka tidak ada seorang pun dari kaum 'Ad melainkan binasa. Sedangkan Nabi Hud a.s. menurut kisah yang sampai kepadaku (Ibnu Ishaq) bersama orang-orang yang beriman berlindung di dalam sebuah tempat perlindungan; tidak ada sesuatu pun yang menimpa dia bersama para pengikutnya, melainkan hal-hal yang menyegarkan dan mengenakkan. Sesungguhnya angin puting beliung itu menimpa perkampungan kaum 'Ad, lalu menerbangkannya di antara langit dan bumi, kemudian menghancurkan mereka ke daerah berbatuan.
Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya ini secara panjang lebar hingga selesai, tetapi konteks yang diketengahkannya garib, hanya di dalamnya terkandung banyak faedah yang dapat disimpulkan darinya.
Allah Swt. telah berfirman:
{وَلَمَّا
جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا
وَنَجَّيْنَاهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ}
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang
beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan (pula)
mereka (di akhirat) dari azab yang berat. (Hud: 58)Memang telah disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya hal yang berdekatan pengertiannya dengan kisah yang diutarakan oleh Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar tadi.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي أَبُو
الْمُنْذِرِ سَلَّامُ بْنُ سُلَيْمَانَ النَّحْوِيُّ، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ
أَبِي النَّجُود، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنِ الْحَارِثِ الْبَكْرِيِّ قَالَ:
خَرَجْتُ أَشْكُو الْعَلَاءَ بْنَ الْحَضْرَمِيِّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرَرْتُ بِالرَّبَذَةِ فَإِذَا عَجُوزٌ مِنْ بَنِي
تَمِيمٍ مُنْقَطِعٌ بِهَا، فَقَالَتْ لِي: يَا عَبْدَ اللَّهِ، إِنَّ لِي إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَةً، فَهَلْ أَنْتَ
مُبَلِّغِي إِلَيْهِ؟ قَالَ: فَحَمَلْتُهَا فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ، فَإِذَا
الْمَسْجِدُ غَاصٌّ بِأَهْلِهِ، وَإِذَا رَايَةٌ سَوْدَاءُ تَخْفِقُ، وَإِذَا
بِلَالٌ مُتَقَلِّدٌ بِسَيْفٍ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: مَا شَأْنُ النَّاسِ؟ فَقَالُوا: يُرِيدُ أَنْ
يَبْعَثَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَجْهًا. قَالَ: فَجَلَسْتُ، فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ
-أَوْ قَالَ: رَحْلَهُ فَاسْتَأْذَنْتُ عَلَيْهِ، فَأَذِنَ لِي، فَدَخَلْتُ
فَسَلَّمْتُ، قَالَ: هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ تَمِيمٍ شَيْءٌ؟ قُلْتُ: نَعَمْ،
وَكَانَتْ لَنَا الدّبَرة عَلَيْهِمْ، وَمَرَرْتُ بِعَجُوزٍ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ
مُنْقَطِعٍ بِهَا، فَسَأَلَتْنِي أَنْ أَحْمِلَهَا إِلَيْكَ، وَهَا
هِيَ بِالْبَابِ. فَأَذِنَ لَهَا، فَدَخَلَتْ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ
رَأَيْتَ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ تَمِيمٍ حَاجِزًا، فَاجْعَلِ
الدَّهْنَاءَ. فَحَمِيَتِ الْعَجُوزُ وَاسْتَوْفَزَتْ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، فَإِلَى أَيْنَ يُضْطَرُّ مُضطَرُك ؟ قَالَ: قُلْتُ: إِنَّ مَثَلِي مَثَلُ
مَا قَالَ الْأَوَّلُ: "معْزَى حَمَلت حَتْفَهَا"، حَمَلْتُ هَذِهِ وَلَا أَشْعُرُ
أَنَّهَا كَانَتْ لِي خَصْمًا، أُعُوذُ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ أَنْ أَكُونَ
كَوَافِدِ عَادٍ! قَالَ: هِيهْ، وَمَا وَافِدُ عَادٍ؟ -وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْحَدِيثِ مِنْهُ، وَلَكِنْ يَسْتَطْعِمُهُ -قُلْتُ: إِنْ عَادًا قُحطوا
فَبَعَثُوا وَافِدًا لَهُمْ يُقَالُ لَهُ: "قَيْلُ"، فَمَرَّ بِمُعَاوِيَةَ بْنِ
بَكْرٍ، فَأَقَامَ عِنْدَهُ شَهْرًا يَسْقِيهِ الْخَمْرَ وَتُغَنِّيهِ
جَارِيَتَانِ، يُقَالُ لَهُمَا: "الْجَرَادَتَانِ"، فَلَمَّا مَضَى الشَّهْرُ
خَرَجَ إِلَى جِبَالِ مَهْرة، فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّي لَمْ
أَجِئْ إِلَى مَرِيضٍ فَأُدَاوِيهِ، وَلَا إِلَى أَسِيرٍ فَأُفَادِيهِ. اللَّهُمَّ
اسْقِ عَادًا مَا كُنْتَ تَسْقِيهِ، فَمَرَّتْ بِهِ سَحَّابَاتٌ سُودُ، فَنُودِيَ:
مِنْهَا "اخْتَرْ". فَأَوْمَأَ إِلَى سَحَابَةٍ مِنْهَا سَوْدَاءَ، فَنُودِيَ
مِنْهَا: "خُذْهَا رَمَادًا رِمْدِدا، لَا تُبْقِي مِنْ عَادٍ أَحَدًا". قَالَ:
فَمَا بَلَغَنِي أَنَّهُ بُعث عَلَيْهِمْ مِنَ الرِّيحِ إِلَّا قَدْرُ مَا يَجْرِي
فِي خَاتَمِي هَذَا، حَتَّى، هَلَكُوا -قَالَ أَبُو وَائِلٍ: وَصَدَقَ -قَالَ:
وَكَانَتِ الْمَرْأَةُ وَالرَّجُلُ إِذَا بَعَثُوا وَافِدًا لَهُمْ قَالُوا: "لَا
تَكُنْ كَوَافِدِ عَادٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Hubab, telah
menceritakan kepadaku Abul Munzir Salam ibnu Sulaiman An-Nahwi, telah
menceritakan kepada kami Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Wail, dari Al-HariS
Al-Bakri yang menceritakan bahwa ia berangkat untuk mengadukan perkara kepada
Rasulullah Saw. tentang Al-Ala ibnul Hadrami. Aku (Al-Haris) melewati Rabzah,
ternyata aku bersua dengan seorang nenek tua dari Bani Tamim yang tidak dapat
melanjutkan perjalanannya. Nenek itu berkata, "Hai hamba Allah, sesungguhnya
saya mempunyai suatu keperluan dengan Rasulullah, maka sudilah kiranya engkau
membawa saya menghadap kepadanya." Saya membawa nenek itu sampai di Madinah, dan
saya menjumpai masjid penuh sesak, lalu saya melihat bendera hitam berkibar dan
sahabat Bilal menyandang pedangnya berdiri di hadapan Rasulullah Saw. Saya
bertanya, "Apakah gerangan yang terjadi dengan orang banyak ini?" Mereka (yang
ditanya) menjawab, "Beliau Saw. hendak mengirimkan Amr ibnul As (bersama
pasukannya) ke suatu daerah." Maka saya duduk, lalu masuk ke dalam rumahnya atau
ke dalam kemahnya dan meminta izin agar diperkenankan masuk, kemudian saya
diberi izin untuk masuk menemuinya. Saya masuk dan mengucapkan salam
penghormatan, lalu beliau Saw. bertanya, "Apakah antara kamu dan Bani Tamim
terdapat suatu masalah?" Saya menjawab, "Ya, dan saya beroleh kemenangan
atas mereka. Kemudian saya bersua dengan seorang nenek tua dari kalangan Bani
Tamim yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya. Nenek itu meminta kepada saya
untuk membawanya sampai ke hadapanmu, sekarang dia berada di pintu." Nenek tua
itu pun diizinkan masuk. Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya jika
engkau setuju membuat batas antara kami dan Bani Tamim, jadikanlah Dahna sebagai
batasannya." Dengan serta merta si nenek tua itu menjadi panas dan bergejolak,
lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, apakah yang hendak dilakukan oleh orang yang
meminta kepadamu dengan paksa ini?" Saya berkata, "Sesungguhnya perumpamaanku
sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang terdahulu, 'Orang yang meminta
belasungkawa kepadaku ternyata membawa sendiri kematiannya.' Saya telah membawa
nenek ini tanpa menyadari bahwa dia mempunyai rasa permusuhan terhadap diri
saya. Saya berlindung kepada Allah bila diri saya ini seperti delegasi kaum
'Ad." Rasulullah Saw. bertanya kepadaku, "Apakah yang dimaksud dengan
delegasi kaum 'Ad?" Padahal Rasulullah Saw. lebih mengetahuinya, tetapi
hanya meminta ketegasan dariku. Saya bercerita, bahwa sesungguhnya dahulu kaum
'Ad mengalami musim paceklik yang sangat parah. Lalu mereka mengirimkan suatu
delegasinya yang dipimpin oleh seseorang dari mereka yang dikenal dengan nama
Qil. Qil bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar, lalu ia tinggal padanya selama satu
bulan, ia menghabiskan hari-harinya dengan minum khamr dan mendengar nyanyian
dari dua orang penyanyi. Setelah satu bulan tinggal, maka Qil berangkat ke Bukit
Mahrah, lalu ia berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya
bukan datang kepada yang sakit, lalu saya mengobatinya; juga bukan kepada
tawanan, lalu saya menebusnya. Ya Allah, siramilahkaum 'Ad selagi Engkau masih
memberi mereka air." Maka lewatlah kepadanya berbagai kumpulan awan hitam, lalu
diserukan kepadanya, "Pilihlah mana yang kamu suka!" Maka Qil mengisyaratkan
kepada awan yang paling hitam, lalu diserukan kepadanya, "Ambillah awan yang
mengandung debu ini yang tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum 'Ad."
Al-Haris mengatakan, "Tidak ada yang sampai kepadaku berita yang menyatakan
bahwa Allah mengirimkan angin kepada mereka kecuali sekadar apa yang dimasukkan
ke dalam cincinku ini (yakni tidak banyak) hingga mereka binasa." Abu Wail
mengatakan bahwa Al-Haris benar. Sesudah peristiwa itu istilah "Janganlah kamu
seperti delegasi kaum ‘Ad" menjadi tenar. Tersebutlah bahwa lelaki dan wanita
itu apabila mengirimkan utusannya (delegasinya) selalu berpesan kepada mereka,
"Janganlah kamu seperti delegasi kaum "Ad."Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh imam Ahmad di dalam kitab musnadnya. Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abdu ibnu Humaid, dari Zaid ibnul Hubab dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Salam ibnu Abul Munzir, dari Asim (yaitu Ibnu Bandalah). Melalui jalur ini pula Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Wail, dari Al-Haris ibnu Hisan Al-Bakri dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Abu Kuraih, dari Zaid ibnu Hubab, tetapi di dalam sanadnya disebutkan dari Al-Haris ibnu Yazid Al-Bakri, lalu ia menceritakannya. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Asim Al-Haris ibnu Hisan, kemudian iamengetengahkannya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa dia tidak melihat nama Abu Wail dalam salinannya.
0 komentar:
Posting Komentar