Kamis, 03 Desember 2015

Yusuf, ayat 53

{وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (53) }
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Istri Al-Aziz mengatakan, "Aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, sebab hawa nafsu diriku selalu membisikkan godaan dan angan-angan kepadaku. Karena itulah aku menggodanya."
إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي
karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (Yusuf: 53)
kecuali orang yang dipelihara oleh Allah Swt. dari kesalahan.
{إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ}
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Yusuf: 53)
Pendapat inilah yang terkenal, yang lebih sesuai, dan lebih serasi dengan konteks kisah dan makna-makna kalimat.
Pendapat ini diriwayatkan oleh Al-Mawardi di dalam kitab tafsirnya, dan pendapatnya ini didukung oleh Imam Abul Abbas ibnu Taimiyyah yang menulisnya secara tersendiri di dalam suatu pembahasan secara detail. Menurut pendapat lainnya, kalimat dalam ayat ini termasuk perkataan Nabi Yusuf a.s. Yusuf a.s. berkata:
{ذَلِكَ لِيَعْلَمَ أَنِّي لَمْ أَخُنْهُ}
Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya. (Yusuf: 52)
Yakni tidak berbuat yang tidak senonoh terhadap istrinya.
{بِالْغَيْبِ}
di belakangnya. (Yusuf: 52)
Dengan kata lain, sesungguhnya aku menyuruh si utusan raja kembali tiada lain agar raja mengetahui kebersihan diriku dari apa yang dituduhkan kepadaku dan agar Al-Aziz (suami si wanita yang menggodanya) mengetahui.
{أَنِّي لَمْ أَخُنْهُ}
bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya. (Yusuf: 52)
Yakni dengan melakukan perbuatan itu kepada istrinya.
{بِالْغَيْبِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي كَيْدَ الْخَائِنِينَ}
di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat. (Yusuf: 52)
Hanya pendapat ini yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa setelah raja mengumpulkan semua wanita, lalu ia mengajukan pertanyaan kepada mereka, "Apakah kalian menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya kepada keinginan mereka?" Mahasempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan pun darinya. Berkata istri Al-Aziz, "Sekarang jelaslah kebenaran itu.” (Yusuf: 51), hingga akhir ayat. Maka Yusuf berkata: Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguh­nya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya. (Yusuf: 52) Lalu Malaikat Jibril berkata kepada Yusuf, "Apakah memang engkau tidak pernah merasakan keinginan itu di suatu hari pun?" Yusuf menjawab: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan). (Yusuf: 53), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Ibnu Abu Huzail, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi.
Pendapat yang pertama adalah yang paling kuat dan paling jelas, karena konteks pembicaraan berkenaan dengan perkataan istri Al-Aziz di hadapan raja, dan Yusuf saat itu tidak ada, ia baru dipanggil oleh raja setelah itu.

0 komentar:

Posting Komentar