Sabtu, 23 Mei 2015

Hud, ayat 5

{أَلا إِنَّهُمْ يَثْنُونَ صُدُورُهُمْ لِيَسْتَخْفُوا مِنْهُ أَلا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (5) }
Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri darinya (Muhammad). Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka tidak suka bila menghadapkan kemaluan mereka ke arah langit di saat mereka melakukan senggama (jimak). Lalu Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Imam Bukhari meriwayatkan melalui jalur Ibnu Juraij, dari Muhammad ibnu Abbad ibnu Ja'far, bahwa Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Ingatlah, sesungguhnya mereka memalingkan dada mereka. (Hud: 5), hingga akhir ayat. Lalu aku bertanya, "Hai Ibnu Abbas, apakah yang dimaksud dengan memalingkan dada mereka?" Ibnu Abbas menjawab, "Lelaki yang sedang menyetubuhi istrinya, lalu ia merasa malu; atau dia sedang mem­buang hajatnya, lalu merasa malu," maka turunlah firman-Nya: Ingatlah, sesungguhnya mereka memalingkan dadanya. (Hud: 5)
Menurut lafaz yang lain, Ibnu Abbas mengatakan bahwa dahulu ada orang-orang yang merasa malu bila membuang hajatnya karena akan kelihatan dari langit, begitu pula bila mereka menyetubuhi istri-istri mereka dengan menghadap ke arah langit. Maka turunlah ayat ini berkenaan dengan mereka.
Kemudian Imam Bukhari mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, bahwa Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Ingatlah, sesungguhnya mereka memalingkan dadanya untuk menyembunyikan diri darinya. Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain. (Hud: 5)
Imam Bukhari dan lain-lainnya meriwayatkan melalui Ibnu Abbas, bahwa makna firman-Nya, "Yastagsyuna," ialah 'menutupi kepala mereka dengan kainnya'.
Menurut riwayat lain, dalam tafsir ayat ini disebutkan bahwa Ibnu Abbas mengartikannya dengan pengertian ragu kepada Allah dan mengerjakan keburukan-keburukan. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Al-Hasan, dan lain-lainnya. Dengan kata lain, mereka memalingkan dadanya di kala mengucapkan sesuatu atau mengerjakan sesuatu, dengan dugaan bahwa dengan berbuat demikian mereka dapat menyembunyikan dirinya dari Allah Swt. Maka Allah memberitahukan kepada mereka bahwa di waktu mereka menutupi dirinya dengan kain saat mereka tidur di malam hari: Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (Hud: 5) Yakni perkataan yang mereka sembunyikan. dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (Hud: 5) Maksudnya, Allah mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati mereka, yakni semua niat buruk dan rahasia mereka.
Alangkah baiknya apa yang dikatakan oleh Zuhair ibnu Abu Salma dalam Mu'allaqah-nya yang terkenal itu, yaitu:
فَلا تَكْتُمُنَّ اللَّهَ مَا فِي نُفُوسِكُمْ ... لِيُخْفَى، فَمَهْمَا يُكتم  اللَّهُ يَعْلم ...
يُؤخَر فيوضَع فِي كِتَابٍ فَيُدخَر ... لِيَوْمِ حِسَابٍ، أَوْ يُعَجل فَيُنْقمِ
Jangan sekali-kali kalian menyembunyikan apa yang tersimpan dalam hati kalian dari Allah, dengan maksud agar Allah tidak mengetahuinya. Betapapun kamu sembunyikan dari Allah, Dia Maha Mengetahui. Dia menangguhkan, lalu mencatatnya di dalam kitab catatan (amal) untuk disimpan buat (dibeberkan nanti) pada hari perhitungan, atau Dia menyegerakan pembalasan-Nya (di dunia).
Penyair Jahiliah ini telah mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Pencipta, memiliki pengetahuan tentang segala yang terinci, juga tentang hari kembali (hari kiamat), hari pembalasan, dan catatan amal perbuatan di dalam kitab-kitab catatan amal yang akan dibeberkan di hari kiamat nanti.
Abdullah ibnu Syaddad mengatakan, "Apabila salah seorang dari mereka bersua dengan Rasulullah Saw., maka ia memalingkan dadanya dan menutupi kepalanya (agar tersembunyi) dari Nabi Saw. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya berkenaan dengan hal tersebut."
Akan tetapi, bila damir dikembalikan kepada Allah (bukan kepada Nabi Saw.) adalah lebih utama, karena firman selanjutnya mengatakan:
{أَلا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ}
Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan. (Hud: 5)
Ibnu Abbas membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
أَلا إِنِّهُمْ تَثْنوني صُدُورُهُم"
Ingatlah, sesungguhnya mereka memalingkan dadanya. (Hud: 5)
Lafaz sudurahum dibaca rafa' hingga menjadi suduruhum, yakni tasnuna suduruhum, karena dianggap menjadi fa'il; bacaan ini dekat dengan makna yang dimaksud.
**************************************
Akhir juz 11

**************************************

0 komentar:

Posting Komentar